SAMPIT – Petugas dari Dinas Pertanian Kotim menemukan cacing hati pada salah satu hewan kurban yang disembelih di salah satu tempat pemotongan di Kotim, Minggu (11/8). Petugas langsung mengambil tindakan dengan memusnahkan organ yang terdapat cacing hati itu agar tidak bercampur dengan daging yang akan dibagikan.
”Di Masjid Sirotol Mustaqim Jalan RA Kartini ditemukan cacing pada bagian hati sapi yang kebetulan tim saya sendiri yang mengecek langsung,” kata Danik Ariyanti, Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Kotim.
Danik menuturkan, meski ditemukan cacing hati, daging sapi itu tetap bisa dikurbankan dan diberikan kepada masyarakat. ”Cuma organ hati yang ditemukan cacing yang langsung dimusnahkan, sedangkan dagingnya masih layak dikonsumsi,” ujarnya.
Penemuan cacing pada hewan kurban kerap terjadi di setiap momentum perayaan Hari Raya Iduladha. Danik mengaku belum mengetahui kemungkinan adanya kejadian serupa di lokasi lain.
”Saya tidak tahu apakah dari tim petugas yang lain juga menemukan atau tidak, karena besok saya baru buat rekap laporannya dari semua hasil pemeriksaan tim,” ujar Danik.
Jumlah petugas yang dikerahkan kemarin sebanyak 18 orang yang terbagi menjadi lima tim. Mereka berpencar mengawasi jalannya proses penyembelihan di 23 titik lokasi pemotongan hewan kurban.
Danik mengatakan, pihaknya akan melanjutkan pemeriksaan daging hewan kurban hari ini di sejumlah titik yang masih melaksanakan pemotongan hewan kurban. ”Ada sekitar seratusan titik lokasi pemotongan dan besok masih ada beberapa yang melakukan pemotongan, sehingga tim kami masih turun ke lapangan,” ujarnya.
Danik menuturkan, pemeriksaan hewan kurban penting dilakukan. Bukan hanya sebelum hewan dipotong, tetapi juga setelahnya. ”Hal itu untuk memastikan hewan dalam keadaan aman, sehat, utuh, dan halal untuk dikonsumsi masyarakat,” tandasnya.
Diabaikan
Sementara itu, imbauan Dinas Lingkungan Hidup Kotim agar daging tak dibungkus menggunakan plastik, diabaikan sebagian besar masyarakat. Pantauan Radar Sampit, hampir di semua lokasi pemotongan, daging tersebut didistribusikan dengan dibungkus plastik bening.
Di daerah Metro Mentaya, Wonosari, Tualan Hulu, misalnya, sejumlah warga mengaku tak tahu imbauan tersebut. ”Malah gak tahu. Biasanya dari dulu pakai plastik juga, tapi memang warnanya gak hitam," kata Yuli, warga setempat, Minggu (11/8).
Rudi Handoko, ketua panitia kurban di Masjid Nurul Hijrah Metro Mentaya juga mengaku tak mengetahui imbauan tersebut. Namun, dia menanggapi hal itu secara positif. Menurutnya, langkah Pemkab Kotim mengimbau warganya mengurangi kantong plastik sangat baik, mengingat sampah plastik memang tak mudah diurai di tanah.
Akan tetapi, lanjutnya, karena keterbatasan waktu dan jumlah anggota panitia kurban, pihaknya terpaksa menggunakan plastik supaya lebih praktis. ”Kalau daun pisang sebenarnya bisa saja, cuma di lingkungan kelapa sawit seperti ini kan jarang ditemukan pohon pisang," katanya.
Abdul Gofur, anggota panitia kurban di Masjid Nurul Hijrah mengatakan, distribusi daging itu memang lebih baik menggunakan wadah kotak makan plastik. Namun, belum tentu semua warga memiliki. Di sisi lain, meski daun pisang juga bisa digunakan, tapi mudah robek.
DLH Kotim sebelumnya mengimbau warga agar tak menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk membungkus daging hewan kurban. Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Sri Fatmawati mengatakan, ada cara lain untuk membungkus daging hewan kurban, di antaranya dengan wadah makanan, besek bambu, besek daun pandan, daun jati, dan daun pisang.
”Imbauan itu akan kami teruskan ke semua lapisan masyarakat Kotim melalui masing-masing kecamatan. Kami mengimbau seluruh masyarakat saat Iduladha nanti agar tidak menggunakan kantong plastik sebagai wadahnya,” kata Sri Fatmawati, Rabu (7/8) lalu. (hgn/rm-97/ign)