PANGKALAN BUN - Tim dokter RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun masih terus melakukan observasi dan pengawasan terhadap bayi kembar dempet (Siam) yang lahir melalui operasi caesar, Sabtu (4/1) pukul 10.45 WIB.
Bayi berjenis kelamin laki-laki dengan dengan kondisi dempet dibagian dada dan perut tersebut lahir dari rahim Istiharoh (30) dengan bobot 4,3 kilogram. Orangtua tunggal itu selama ini tinggal di kawasan Jalan Iskandar, Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Menurut Kepala Seksi Rawat Inap, RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Aimandinata, sebelum ditangani RSUD Sultan Imanuddin, Istiharoh sempat dibawa ke klinik oleh salah seorang temannya, saat itu kondisi kehamilannya telah mengalami pecah ketuban tiga hari sebelumnya.
Berdasarkan hasil USG di klinik tersebut, Istiharoh yang saat itu kandungannya berusia 32 minggu hanya diketahui mengandung bayi kembar, namun setelah dilakukan operasi caesar di RSUD, ternyata kedua bayi kembar tersebut mengalami kelainan yakni bagian dada dan perut dempet.
“Saat dibawa ke IGD RSUD, kondisi pasien sudah mengalami pecah ketuban tiga hari sebelumnya dan pasien dirujuk dari salah satu klinik di Pangkalan Bun,” ujar Aimandinata, Minggu (4/1).
Dijelaskannya walau dalam kondisi stabil namun jantung kedua bayi tersebut diduga juga mengalami dempet, sehingga untuk langkah operasi pemisahan, pihaknya harus berkonsultasi dengan rumah sakit Dr. Sutomo Surabaya yang sudah berpengalaman menangani kasus bayi kembar siam.
“Jantungnya diduga ada dua, tapi bisa jadi juga ikut dempet,” katanya.
Bayi kembar siam yang merupakan kasus pertama kali di Kotawaringin Barat (Kobar), saat ini berada di ruang perinatologi level 2 RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Pihak RSUD saat juga mengalami kesulitan untuk menelusuri keluargan Istiharoh, hal itu menjadi penting karena berkaitan dengan proses rujuk ke rumah sakit Dr. Sutomo.
“Proses rujukan pasien, kondisi kesiapan ortu dan keluarga dan hal lain yang perlu diperhatikan adalah ekonomi keluarga, karena diketahui bahwa Istiharoh secara ekonomi kurang mampu, dan RSUD SI juga kesulitan mengetahui keluarganya yang berada di Pangkalan Bun,” pungkasnya. (tyo/sla)