SAMPIT – Penanganan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit selama masa pandemi Covid-19 mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan rumah sakit terbesar di Kotim itu juga harus menampung limbah di Klinik Islamic Center, lokasi yang dijadikan tempat penanganan pasien Covid-19.
Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD dr Murjani Sampit Yulia Nofiany mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, RSUD dr Murjani menghasilkan sekitar 10-15 ton limbah medis selama setahun. Limbah medis ditimbang per kg dengan harga Rp 50 ribu.
”Sebelum masa pandemi Covid-19, rumah sakit membayar sampai Rp 500 juta ke pihak ketiga menggunakan dana BLUD. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini, limbah medis semakin meningkat. Setahun seharusnya minimal tiga kali angkut," katanya, pekan lalu.
Yulia menjelaskan, pengelolaan dan penanganan limbah medis di rumah sakit diperlakukan secara khusus melalui proses penghancuran hingga pengiriman ke tempat pengelolaan limbah melalui pihak ketiga.
”Rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga dari PT Mitra Hijau Asia, Kalimantan Timur selaku transporter. Setiap 2 kali dalam setahun, limbah medis diangkut menggunakan kontainer dan dikirim ke Kaltim," kata Yulia.
Yulia menuturkan, proses pengangkutan yang dilakukan PT Mitra Hijau Asia harus tepat waktu dan sesuai jadwal. Apabila terlambat, dikhawatirkan tempat penyimpanan limbah B3 semakin menumpuk.
”Setiap tahun rumah sakit menjalankan MoU dengan pihak ketiga, sehingga kami harapkan proses pengangkutan datang sesuai jadwal agar limbah medis tidak semakin menumpuk," tandasnya. (hgn/ign)
