Dase Durasid, tak banyak yang mengenalnya sebagai salah satu pejuang asal Kalteng yang terlibat agresi militer 1 hingga 5. Atas jasanya tersebut Sersan Mayor Dase Durasid mendapatkan berbagai penghargaan dari Panglima TNI waktu itu, yakni Jendral Soeharto. Berikut tulisannya.
ARJONI, Palangka Raya
DASE Durasid, lahir 9 Oktober 1927 di Kasongan Kabupaten Katingan. Setelah lulus SMP Tahun 1944 Dase Durasid mulai perjuangannya dengan menjadi guru Sekolah Dasar atau waktu itu disebut Futsu Kogakko. Dase mengabdikan diri sebagai guru hingga tahun 1946.
Setelah dua tahun menjadi guru SD yang waktu itu disebut Kiodon, Dase kemudian bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tepat pada tahun 1946. Sejak saat itulah perjuangan untuk mengusir penjajah dan pemberontak dilakukan oleh Dase Durasid.
Pertama bertugas, Dase ditempatkan di Batalyon MN 1001 Mandau Telawah Kalimantan Tengah (MTKI) dibawah pimpinan Tjilik Riwut untuk melawan penjajah dan menumpas pemberontak.
Pada tahun 1949, Dase ditugaskan sebagai Komandan Bintara Onder District Militer (BODM) di Kasongan. Di Kasongan Dase bertugas hingga 1950. Usai bertugas di Kasongan, Dase ditarik kembali ke Sampit sebagai Perwira District Militer (PDM) dengan jabatan sebagai Kepala Staf hingga tahun 1952.
Pada tahun 1953, Dase Durasid memperdalam ilmu militernya di Bandung, yakni Sekolah Kader Inf (SKI). Kemudian atas prestasinya di SKI Bandung tersebut, Dase dipercaya sebagai Bintara Instruktur sejak 1954 hingga 1959.
Saat di Bandung Dase banyak terlibat berbagai pertempuran untuk mengusir penjajah dan para pemberontak. Keterlibatan Dase Durasid tersebut ditandai dengan berbagai bintang tanda jasa dan piagam penghargaan yang diberikan oleh Panglima TNI pada waktu itu, yakni Jendral Soeharto.
---------- SPLIT TEXT ----------
"Abah ini memang sejak SMP sudah mulai ikut berjuang. Atas jasa abah beliau diberikan penghargaan berupa, Bintang Gerilya (tertulis di piagam Bintang Griliya, Red) di dalam perjuangan gerilya membela kemerdekaan negara. Bintang Gerilya itu diberikan negara pada 17 Agustus 1958 kepada abah," kata istri almahum Dase Durasid, Hj Chairunnisa di kediamannya, Selasa (5/7).
Selain itu, Dase Durasid juga diberi anugrah dan penghargaan Satya Lencana (di piagam tertulis Setyalancana) 1-5. Pasalnya, almahum terlibat dalam operasi militer 1, 2, 3, 4 dan 5.
"Almarhum juga dapat penghargaan atas keterlibatan dalam operasi militer 1, 2, 3, 4 dan 5. Satyalencana Peristiwa Aksi Militer I 1958, Setyalencana peristiwa aksi militer II 1958, Satya Lencana penegak peristiwa aksi militer III 1958, Setyalencana Gerakan Operasi Militer IV 29 Juli 1959 dan Setyalencana Gerakan Operasi Militer V Tahun 1959. Selain itu berbagai penghargaan lain juga diberikan kepada almarhum," ucap sang istri didampingi putra putrinya.
Menurut Hj Crairunnisa, almarhum sangat ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Palampang Tarung. Pasalnya, almarhum merupakan pejuang dan seorang tentara yang juga terlibat dalam berbagai kegiatan militer melawan penjajah dan pemberontak.
"Almarhum memang sejak lama mengatakan, bahwa beliau ada hak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Almarhum menilai beliau layak karena beliau juga merasa ikut berjuang untuk melawan penjajah dan pemberontak," ujarnya.
Ia mengatakan, keinginan almarhum tersebut kemudian diupayakan oleh istri serta anak-anak beliu. Namun, untuk mewujudkan keinginan tersebut tidak mudah. Pasalnya, agar seorang bisa dimakamkan di TMP harus memiliki berbagai syarat dan ketentuan. Keluarga hampir putus asa saat itu, karena pihak keluarga tidak berhasil menemukan piagam atau surat penghargaan yang bisa digunakan sebagai syarat agar almarhum bisa dimakamkan di TMP Palampang Tarung.
---------- SPLIT TEXT ----------
"Saya kemudian mendatangi Pak Wali Kota HM Riban Satia dan Pak Sabran Achmad (Ketua DAD Kalteng, Red). Pak Wali kota saat itu meminta kepada pihak Korem agar almarhum dimakamkan di TMP Palampang Tarung di kelompok Bahagia seperti almarhum Asmawi Agani (Mantan Gubernur Kalteng, Red), karena kami keluarga tidak bisa menemukan syarat agar alamahum abah bisa dimakamkan di TMP. Pak Sabran meminta agar berkas diperiksa dan dibongkar semua, karena pak Sabran yakin almarhum abah memiliki dokumen yang bisa digunakan sebagai syarat," kata salah seorang anak Almarhum Dase Durasid, Syahrudin Durasid.
Pihak Korem 102 Panju Panjung menyetujui almarhum dimakamkan di TMP Bahagia. Namun, setelah semua berkas dan dokumen dibuka dan dicari, pihak keluarga menemukan piagam penghargaan Bintang Gerilya.
"Awalnya pihak Korem sudah ingin memakamkan di TMP Bahagia. Namun, setelah ada piagam penghargaan Bintang Gerilya pihak Korem tidak memperbolehkan dimakamkan di TMP kelompok Bahagia, tetapi di TMP Palampang Tarung kelompok Pejuang," ujar Syahrudin Durasid.
Setelah berjuang dan terlibat berbagai operasi militer, Dase Durasid kemudian diminta Tjilik Riwut untuk membantu membangun Kalteng. Dase juga salah satu tokoh yang berjuang memisahkan Kalteng dari kalimantan Seltan (Kalsel). (*/vin)