Setelah sekitar 13 tahun mengabdikan diri sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan terlibat agresi milter 1 hingga 5, Dase Durasid diminta kembali ke Kalteng. Permintaan itu datang dari tokoh pejuang Kalteng, Tjilik Riwut. Dase diminta Tjilik Riwut pulang untuk bersama-sama membangun Kalteng.
ARJONI, Palangka Raya
Tepat tahun 1960 Dase Durasid kembali ke Kalteng atas permintaan Tjilik Riwut. Dase menjabat sebagai anggota DPR Dati II Kotawaringin Timur (Kotim) di Sampit dari Golongan Karya Pemuda hingga tahun 1964. Kemudian pada tahun 1964 Dase diangkat sebagai anggota Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa Cabang Dati II Kotim. Dan pada tahun 1965 Dase diangkat menjadi anggota DPR GR/MPRS dari Golongan Karya Cendikiawan.
Selain menjabat anggota DPR Dase juga menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMAN di Sampit sejak 1960 hingga tahun 1967. Selama 7 tahun menjabat Kepala Sekolah, Dase juga banyak terlibat dalam organisasi kepemudaan, bahkan saat itu Dase dipercaya sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah wilayah Sampit.
Dase diminta kembali dan mengabdi di Kalteng, karena pada waktu itu Kalteng masih kekurangan sumber daya manusia (SDM). Untuk membantu pemerintahan di Kalteng waktu itu, mereka yang memiliki potensi dan pendidikan diminta membangun Kalteng.
"Jadi Abah (Dase Durasid, Red) meninggalkan militer itu ada alasan kuat. Abah diminta Pak Tjilik Riwut pada waktu itu untuk kembali dan mengabdi untuk Kalteng. Abah pun mau dan waktu itu diangkat menjadi Kepala SMA di Sampit," kata istri almarhum Dase Durasid, Hj Chariunnisa didampingi putranya Syahrudin Durasid, Selsa (5/7).
---------- SPLIT TEXT ----------
Chairunnisa menjelaskan, pada saat menjabat sebagai anggota DPR GR/MPRS atau saat ini DPR/MPR RI, Dase juga fokus memperjuangkan pemisahan Kalteng dari Kalimantan Selatan (Kalsel). Bahkan, Dase yang membawa dokumen-dokumen pemisahan Kalteng dengan Kalsel saat itu bersama Menteri Dalam Negeri dan anggota DPR GR lainnya.
"Jadi Abah saat itu juga fokus memperjuangkan pemisahan Kalteng dengan Kalsel. Karena Abah saat itu menjabat sebagai anggota DPR GR dari Kalteng. Waktu itu hanya ada dua anggota DPR GR dari Kalteng, yakni Drs Rubai Sigai saat itu berada di komisi yang membidangi pertanian dan almahum Abah berada di komisi yang membidangi UU dan Pemerintahan," ucapnya.
Setelah berhasil memisahkan Kalteng dengan Kalsel bersama tokoh Kalteng lainnya, Tahun 1968 hingga 1969 Dase diangkat sebagai Kepala Bagian Pengawas Keumat Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kalteng. Kemudian tahun 1970 hingga 1973 Dase menjabat kepala Bagian Personalisa di isntansi yang sama. Dan pada tahun 1973 hingga 1975 Dase diangkat sebagai kepala Kabin Ekonim Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kalteng. Kemudian pada 1975 hingga 1982 Dase dipercaya sebagai Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotim.
Selain aktif dipemerintahan membantu Tjilik Riwut, Dase juga terus aktif diorganisasi Muhammadiyah. Bahkan, pada tahun 1970 hingga 1975 Dase dipercaya sebagai Ketua IV Wilayah Muhammadiyah Kalteng.
---------- SPLIT TEXT ----------
Dan puncaknya, Dase Durasid menjabat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalteng periode 1986 - 1992, kemudian pada dua periode salanjutnya Dase menjabat Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalteng.
Semasa menjabat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Dase bersama tokoh Muhammadiyah lainnya berhasil mendirikan dua kampus Muhammadiyah, yakni STIE Muhammadiyah Sampit dan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. Dan pada tahun 1987 - 2007 Dase dipercaya sebagai Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
"Abah juga sebagai pelopor dan pendiri Muhammadiyah. Kemudian Abah mendirikan STIE Muhammadiyah Sampit dan Inuversitas Muhammadiyah," pungkas Hj Chairunnisa. (*/vin)