PALANGKA RAYA – Kabut asap dari kebakaran lahan dan hutan menyebabkan Kalteng mengalami deflasi. Akses laut yang tidak terdampak asap mengalami peningkatan, sehingga pasokan barang lancar dan tidak ada kendala. Hal itu berbeda dengan transportasi udara yang sempat beberapa kali lumpuh total.
”Kalteng justru deflasi, bukan inflasi saat kabut asap melanda, sebab yang terganggu adalah angkutan udara, sedangkan darat dan laut tidak terdampak. Untuk laut tidak ada pengaruh dan bahkan banyak penumpang datang,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Kalteng Sukardi saat menggelar jumpa pers, Kamis (1/10).
Didampingi Kabid Statistik Distribusi M Wahyu Yulianto, dia menuturkan, deflasi karena pasokan dari Jawa, khususnya angkutan laut, terutama bahan kebutuhan pokok dan barang lain tidak terganggu asap. ”Tidak ada kan gara-gara asap kapal ditunda?“ katanya.
Sukardi menjelaskan, jumlah kunjungan kapal laut naik 13,74 persen dibanding bulan lalu, dari 495 menjadi 563 kapal. Sedangkan jumlah penumpang angkutan antarpulau, yang datang sebanyak 48.308 orang, sehingga mengalami peningkatan sekitar 53,13 persen menjadi 31.548 penumpang.
Jumlah angkutan laut berangkat dari Kalteng turun 78,59 persen dari 11.870 orang menjadi 55.442 penumpang. Sedangkan volume barang juga meningkat. Di sisi lain, angkutan mengalami penurunan jumlah penerbangan hingga 5,03 persen. ”Jadi, hanya udara yang terganggu, laut tidak, karena itulah jadi deflasi,” katanya.
Lebih lanjut Sukardi mengatakan, meski jumlah penerbangan turun, tingkat hunian di hotel justru naik. Salah satunya karena pada Agustus lalu pelajar libur dan rapat sudah bisa digelar di hotel.
Dia menambahkan, peningkatan penghuni kamar hotel terjadi pada hotel berbintang dan nonberbintang. Termasuk jumlah tamu asing juga naik sebesar 31,21 persen. ”Justru bulan Agustus tamu menginap,” tandasnya. (daq/ign)