SAMPIT – Program Sekolah Rakyat Rintisan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mulai menunjukkan progres. Meski infrastruktur masih dalam tahap perbaikan, khususnya gedung Islamic Center yang menjadi lokasi pembelajaran, pemerintah daerah tetap berupaya agar proses belajar mengajar dapat segera dimulai.
Wakil Bupati Kotim Irawati menjelaskan bahwa Sekolah Rakyat Rintisan dirancang sebagai fasilitas pendidikan khusus untuk anak-anak dari keluarga penerima manfaat bantuan sosial.
Rintisan ini awalnya difokuskan pada jenjang SLTA dengan dua rombongan belajar (rombel), masing-masing 25 siswa. Namun, berdasarkan permintaan dari Kementerian Sosial, sekolah juga harus membuka jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan dua rombel tambahan.
”Kita menyesuaikan permintaan pusat. Untuk tingkat SLTA kita siapkan dua rombel, dan sekarang ditambah dua rombel tingkat SD. Kendalanya, untuk tingkat SD kita harus asramakan, dan ini cukup membuat orang tua merasa berat melepas anaknya di usia dini,” ujar Irawati saat diwawancarai, Jumat (11/7).
Berdasarkan data terbaru Dinas Sosial per 11 Juli 2025 sore, jumlah calon siswa SMA sudah melebihi kuota dengan total 55 nama terdaftar. Namun, untuk tingkat SD baru terdata 13 calon siswa.
”Jumlah peserta didik SD masih jauh dari target. Kita juga tidak bisa sembarangan mengambil anak karena harus sesuai dengan DTSEN (Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional). Kalau ditemukan anak yang tidak sesuai, maka akan ada peringatan. Kita harus cocokkan data dari PKH dengan DTSEN pusat, karena itu data resmi dan akurat,” jelasnya.
Dalam upaya mengejar kuota siswa, pihak Dinsos berharap peran aktif dari petugas Program Keluarga Harapan (PKH) untuk lebih intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Calon siswa diambil dari keluarga yang masuk dalam Desil 1 sampai Desil 7, dengan prioritas pada Desil 1–4.
”Kalau di Desil 4 tidak ditemukan, maka bisa naik ke atas. Tapi tetap harus dalam kerangka desil yang telah ditetapkan. Kalau murid tidak terpenuhi, artinya kita dianggap tidak optimal, bahkan bisa dikenai sanksi karena dinilai tidak serius mengembangkan Sekolah Rakyat,” tegasnya.
Sementara itu, proses perbaikan gedung Islamic Center yang menjadi lokasi sekolah masih terus berjalan. Irawati berharap, meski belum sepenuhnya rampung, kegiatan belajar mengajar sudah bisa dimulai pertengahan Juli, bertepatan dengan tahun ajaran baru.
”Operasional belajar mengajar itu harapannya bisa dilaksanakan pada 17 Juli, mudah-mudahan ya, karena kan 14 Juli anak-anak sudah mulai masuk sekolah, saat ini sekolah perintis sendiri sudah dalam perbaikan. Sambil menunggu guru-guru dari Kemensos tiba,” ujarnya.
Pemerintah daerah pun mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk media, untuk ikut menyosialisasikan program ini agar lebih banyak masyarakat memahami dan tertarik mendaftarkan anak-anaknya, terutama dari keluarga yang membutuhkan.
”Ini adalah bentuk kepedulian kita dalam memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu tetap mendapat akses pendidikan yang layak. Sekolah Rakyat Rintisan ini adalah investasi sosial jangka panjang yang harus kita dukung bersama,” tutupnya. (yn/ign)