PALANGKA RAYA – Dua tersangka pembakar sekolah di Kota Palangka Raya dinilai hanya menjadi tumbal dalam kasus tersebut. Pengakuan keduanya karena faktor ekonomi dan berani bertindak kriminal dengan risiko besar masih diragukan. Aparat didesak segera menangkap otak pelaku kasus itu.
”Kalau hanya masalah ekonomi, semua manusia juga mengalami. Tapi, kalau dengan alasan faktor ekonomi (lalu membakar sekolah secara beruntun), saya merasa janggal dan kurang berkenan. Bisa jadi Sry ditekan dan diancam dengan sesuatu dan lainnya," ungkap Sukah L Nyahun, kuasa hukum Sry, tersangka dalam kasus itu, Kamis (3/8).
Berdasarkan pengakuan Sry saat dia mendampingi pemeriksaan, menurut Sukah, kliennya ditelepon FA, tersangka lain. Di lokasi sudah ada HG, orang yang diduga jadi otak pelaku dan masih diburu polisi. FA kemudian meminta Sry membakar sekolah di bawah pengawasan HG.
”Tidak ada Sry diimingi duit itu. Tapi, usai beraksi baru diselipkan uang Rp 500 ribu. Nah, kalau seperti itu, tak kuat alibi karena ekonomi. Karena itu saya harap kepolisian segera menangkap HG biar lebih jelas," katanya.
Berdasarkan keterangan kepolisian sebelumnya, Sry berperan membakar SDN 4 Langkai dan membantu pembakaran SDN Langkai 5. SDN 4 Langkai di Jalan Wahidin Sudirohusodo dibakar pada 21 Juli lalu. Dua ruangan hangus. Sedangkan SDN Langkai 5 di jalan yang sama, dibakar beberapa jam setelahnya dan menghanguskan 9 ruangan.
Lebih lanjut Sukah mengatakan, di dua lokasi memang FA dan HG selalu ada. Dari keterangan kliennya, HG saat itu mengenakan baju sebuah organisasi, berbadan gempal, alis agak lebat, tinggi, kulit agak hitam, dan ada tahi lalat di dekat hidung.
Menurutnya, FA lebih dekat dengan Sry, sehingga seharusnya motif utama pembakaran dan posisi Sry bisa didalami dari FA.
Ditanya apakah ada intimidasi dan pemaksaan dalam pemeriksaan untuk mengakui tiga lokasi, Sukah menegaskan, hal itu belum terlihat. Namun, Sry mengaku hanya membakar dua sekolah. Dia mengharapkan kepolisian meringkus pelaku dan jaringan lain.
”Saya yakin ada jaringan lain. Buktinya ini masih ada kebakaran usai Sry dan FA ditangkap. Nah, ini ada apa? Maka harus diungkapkan,” ucapnya.
Sukah menambahkan, penangkapan HG harus cepat dilakukan agar kasus itu terang benderang. Dia menduga ada orang lain yang posisinya lebih kuat dibanding HG dan merancang skenario pembakaran tersebut.
”Pandangan saya, jelas ada otak lain di atas HG dan dua tersangka ini. Ada skenario besar. Tapi, maaf, saya tidak bisa menjelaskan hal itu secara rinci. Sekali lagi, segera ungkap hal ini biar jelas dan saya juga minta dilakukan olah TKP dengan didampingi kuasa hukum," ujarnya.
Menanggapi hal itu, Kapolda Kalteng Brigjend Pol Anang Revandoko melalui Kabid Humas AKBP Pambudi Rahayu mengatakan, pihaknya terus melakukan pendalaman dan pemeriksaan kepada dua tersangka. Termasuk mengembangkan, mencari, dan memburu HG.
”Kami masih lakukan penyelidikan dan pengembangan. Apabila ada informasi, silakan laporkan kepada kami, biar ditindaklanjuti," katanya.
TURUNKAN TIM
Sementara itu, tragedi kebakaran tujuh sekolah dasar dan satu sekolah menegah kejuruan di Palangka Raya menjadi perhatian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian menurunkan tim ke Palangka Raya pada Jumat (28/7) untuk mendalami peristiwa tersebut.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad menyampaikan bahwa wali kota dan gubernur harus mengambil langkah cepat dalam menangani kejadian tersebut. Sebab wewenang mengatasi masalah di daerah ada di tangan mereka.
”Kami juga sudah menurunkan tim untuk melihat langsung dampak dari kebakaran beberapa sekolah yang ada di sana, serta membantu Pemprov Kalteng untuk mengambil langkah penanganan kejadian tersebut melalui Dinas Pendidikan,” jelas Hamid, Kamis (3/8) saat dikonfirmasi Radar Sampit melalui sambungan telepon.
Disamapaikannya juga bahwa kejadian tersebut cukup menjadi perhatian dan keprihatinan pihak kementerian. Sehingga pihaknya juga akan membantu untuk memberikan langkah penanganan, terutama soal pelajar yang sekolahnya terbakar.
”Tunggu hasil laporan tim terlebih dahulu, selain merugikan negara kejadian ini juga membuat ribuan anak pelajar terkendala untuk sekolah,” ujarnya.
Dengan tim yang turun ke lapangan diharapkan dapat membantu pemerintah provinsi mengatasi permasalahan tersebut, kejadian tersebut pastinya akan menjadi penilaian pihaknya dan menjadi pembelajaran untuk daerah lain agar lebih waspada terutama untuk meningkatkan keamanan dan penjagaan di sekolah. (daq/ign/dc)
