PALANGKA RAYA – Skema pembelajaran tatap muka terus disosialisasikan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), menjelang hari pertama masuk sekolah pada 12 Juli mendatang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdik Kalteng Ahmad Syaifudi menyatakan, ada sejumlah penegasan yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembelajaran tatap muka terbatas ini. Di antaranya, proses pembelajaran hanya boleh 20 persen dari jumlah murid. Pertemuan hanya dua kali dalam satu minggu, dan setiap pertamuannya dilaksanakan maksimal dua jam.
“Presiden, Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan, sudah jelas menyatakan pembatasan-pembatasan terkait pembelajaran tatap muka. Instruksi ini yang menjadi dasar pelaksanaannya,” katanya kemarin.
Syaifudi juga menjelaskan, pembatasan pembelajaran tata muka ini tersebut disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah, yang berpatokan dari jumlah siswa. Artinya keputusan penuh ada di masing-masing sekolah dengan tetap menyesuaikan kondisi.
Diuraikannya, surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri, tentang panduan belajar tatap muka terbatas pada dasarnya menegaskan batasan-batasan yang harus dijalankan setiap sekolah. Namun yang perlu dipahami, masing-masing sekolah tetap bisa mengatur pembatasan sesuai dengan
“Tatap muka terbatas ini harus diartikan protokol kesehatan berjalan, membatasi jumlah kehadiran, ekstrakurikuler ditiadakan dan lain sebagainya. Jadi tidak harus multak 50 persen, karena tetap disesuaikan dengan kondisi,” ucapnya.
Oleh sebab itu lanjut Syaifudi, sekolah yang memiliki banyak siswa bisa saja memangkas atau membatasi lebih dari 50 persen jumlah kehadiran dalam satu kali pertemuan. Begitu juga untuk sekolah yang siswanya sedikit, bisa mengatur jumlah kehadiran sesuai dengan kondisi di lingkungan sekolah.
“Misalkan ada sekolah besar yang memiliki total 1.000 siswa, kalau dibagi 50 persen jadinya 500 siswa. Ini kan artinya masih ada potensi kerumunan. Sehingga skemanya perlu diatur, yang penting protokol kesehatan ditaati,” ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, beberapa SMA sederajat sudah melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka terbatas. Hal tersebut diharapkan menjadi modal yang nantinya diterapkan saat tahun ajaran baru dimulai.
“Ada sekolah yang sudah mencoba, tinggal nanti pelaksanannya saja saat hari pertama masuk sekolah. Dengan menjalankan pembatasn-pembatasan yang ditentukan, yakin saja pembelajaran tatap muka bisa berjalan dengan baik,” pungkas Syaifudi. (sho/gus)