KEDATANGAN Ustad Abdul Somad (UAS) mampu menyedot perhatian masyarakat Kota Sampit, Kotawaringin Timur. Setibanya di Bumi Habaring Hurung ustad fenomenal itu mengaku memiliki kesan tersendiri.

===========================

LAUTAN manusia memadati areal Pondok Pesantren Darul Amin, Rabu (31/1) malam. Jamaah dari berbagai penjuru Kotim tumpah ruah dalam suasana relegius malam itu.

Suasana hikmat terasa ketika sejumlah santri pondok pesantren melantunkan rangkaian salawat. Kegiatan ini mengisi acara sembari menanti kehadiran Ustad Abdul Somad di panggung utama di pojok utara kompleks pondok pesantren di Jalan HM Arsyad, Sampit itu.

Jamaah terus berdatangan. Hingga tampaknya tak ada tempat lagi yang tersisa. Di lain sisi, jamaah yang tak dapat menghadap langsung ke panggung karena terhalang bangunan terpaksa hanya dapat menyaksikan sosok ulama idola melalui layar lebar.

Lepas Isya, nada lantunan salawat yang tadinya biasa, meningkat. Rombongan Ustad Abdul Somad, pendakwah tersohor asal Pekanbaru, Riau, tiba di lokasi acara. Pergerakan mobil menuju panggung terbata karena saking banyak jamaah.

Dengan pengawalan ketat dari kepolisian, TNI, dan sejumlah organisasi kemasyarakatan, mobil hitam yang dikemudikan Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran itu akhirnya mencapai titik panggung berceramahnya sang ustad. Puluhan ribu pasang mata tertuju ke panggung, lalu bersambut takbir ”Allahu akbar!”

Di dampingi Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, Wakil Gubernur Kalteng Habib Said Ismail, Bupati Kotim Supian Hadi, dan sejumlah pejabat penting lainnya, UAS berdiri dengan gagahnya. Mengenakan kemeja dan sarung putih, dan peci hitam pemberian bupati, UAS tampak sehat walafiat. Padahal, dia dikabarkan sempat jatuh sakit sebelum berangkat ke Sampit.

Membuka ceramahnya, UAS mengaku takjub dan terkesan ketika perjalanan dari Bandara H Asan Sampit menuju penginapannya di areal pondok pesantren. Ia mengaku kagum dengan banyaknya bangunan kubah di Sampit.

”Sepanjang jalan dari bandara saya lihat banyak kubah. Dalam hati saya, hebat betul Sampit ini, banyak masjid. Tahu-tahunya puskesmas,” seloroh UAS, diringi gelak tawa jamaah.

Kendati demikian, dia mengapresiasi niat pemerintah daerah untuk mewujudkan masyarakat yang lebih agamais. Kubah-kubah yang berada di sejumlah fasilitas umum, menjadi salah satu simbol tekad pemerintah untuk itu.

Selain itu, UAS juga mengaku senang masih ada pejabat di daerah yang mencintai ulama. Sebab, dengan demikian, menurutnya, akan terwujud suatu daerah yang baldatun toyyibatun warabbun ghafur.

Dalam ceramahnya, UAS lebih banyak membahas masalah pendidikan. Di antaranya, menceritakan pengalamannya memperoleh beasiswa di Al Azhar Mesir dan Darul Hadist Maroko. Hingga perjuangannya melamar untuk menjadi dosen di salah satu universitas  berbasis Islam terkemuka di Tanah Air.

Menurut UAS, solusi dari permasalahan yang kompleks, seperti narkoba, korupsi, dan lainnya yang terjadi saat ini adalah pendidikan yang baik. Bila generasi muda mengenyam pendidikan, terutama yang bernapas agama, semakin besarlah potensi kesuksesan generasi itu.

”Ibarat pohon waktu kecil dipupuk, ditanam di pot, dipagari. Ketika sudah mulai tubuh, baru ditanam di tempat terbuka. Sehingga seperti apa pun kuatnya angin, pohon dewasa akan tetap kokoh,” ucapnya.

Sesekali UAS juga mengklarifikasi berita negatif tentang dirinya yang beredar liar di masyarakat. Menurutnya, sejumlah tuduhan yang dilayangkan kepadanya tidak mendasar. Salah satunya, tuduhan bahwa dirinya anti-Pancasila dan anti-NKRI.

”Saya lulus mata pelajaran cinta kebangsaan. Kalau menuduh yang masuk akal, please deh,” cetusnya yang lagi-lagi disambut riuh tawa jamaah.

Meski ada beberapa kendala teknis seperti tidak maksimalnya perangkat suara di lokasi acara, sejumlah jamaah mengaku tetap puas dengan tablig akbar yang dilaksanakan.

Paginya, Ustad Abdul Somad melanjutkan salat subuh berjamaah di Pondok Pesantren Nurul Jannah, di Jalan Gatot Subroto, Sampit. Demikian halnya di pondok pesantren binaan Ustad Ghafur itu, meski pagi hari jamaah tetap ramai menyaksikan ceramah segar yang disampaikan ustad yang pernah dideportasi saat hendak berdakwah di Hongkong itu. (oes/ign)