SAMPIT – Permintaan transfusi darah cukup tinggi di Kotawaringin Timur. Risiko dari transfusi itu meski dikurangi. Mengatasi itu, Unit Transfusi Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kotim mulai menerapkan leukodepleted.
Kepala UTD Kotim dr Yuendri Irawanto menjelaskan, leukodepleted merupakan metode menghilangkan leukosit dalam darah, sehingga risiko transfusi yang tak dikehendaki seperti adanya demam dan virus-virus tertentu tak terjadi pada pasien.
”Selama ini pasien yang mengalami risiko transfusi darah ini cukup tinggi, sehingga harus dirujuk ke rumah sakit lain. Ini pun tentu sangat membebankan pasien dan keluarga terutama dalam segi biaya,” kata Yuendri, Selasa (27/3).
Menurut Yuendri, metode leukodepleted merupakan salah satu yang termurah saat ini dalam mengurangi risiko transfusi darah. Sehingga dapat membantu pasien yang memerlukan darah yang cocok dan tanpa leukosit.
”Jadi, darah yang sudah didonorkan dicocokkan dulu di rumah sakit. Apabila pasien dan keluarganya menginginkan akan disaring. Proses ini yang bisa memakan waktu satu hingga dua jam,” jelasnya.
Karena di luar proses biasa, darah hasil leukodepleted akan dikenakan biaya tambahan bagi pasien. Biaya itu di luar penggantian pengelola darah (BPPD) yang sudah ditentukan, yakni sebesar Rp 360 ribu. Biaya untuk leukodepleted ini akan diusulkan pengurus UTD Kotim, kira-kira besarnya berkisar Rp 300 ribu – Rp 320 ribu.
Yuendri mengklaim, penerapan metode ini merupakan pertama di Kalimantan. Di sejumlah rumah sakit yang menerapkan ini bahkan permintaannya bisa mencapai 3.000 kantong per hari.
”Ini merupakan upaya kami mewujudkan permintaan Pak Bupati Kotim Supian Hadi dalam memberikan pelayanan dan mengatasi permasalahan bagi masyarakat yang sedang sakit,” tutup Yuendri.
Imunisasi Gratis
Sementara itu,pelajar semua jenjang pendidikan di Kotim akan mendapat imunisasi gratis. Kegiatan yang akan dilaksanakan PMI bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim tersebut untuk melindungi remaja dari penyakit campak dan rubella (campak Jerman) yang dapat menjangkiti anak-anak.
”Rencananya (imunisasi) akan digelar Agustus 2018 ini. Khusus untuk pelajar Kotim. Kami nanti akan datang ke sekolah mereka,” kata Kepala Markas PMI M Yusuf, Senin (26/3).
Menurutnya, sasaran imunisasi bukan hanya pelajar SD. Sebab, penyakit menular tersebut juga bisa menjangkiti orang dewasa. Apalagi bagi yang belum pernah menderita penyakit itu, memiliki risiko tinggi tertular campak dan rubella.
Program pencegahan penyakit campak dan rubella ini dilakukan Agustus mendatang. Juga sebagai perwujudan ketika HUT RI ke-73 nanti, sebagai langkah untuk menyelamatkan dan menjamin generasi anak-anak tidak menderita penyakit tersebut.
Dia menjelaskan, penyakit tersebut memang tampak sepele saat menyerang anak-anak, tetapi jika sampai tertular kepada ibu hamil, dapat menyebabkan keguguran dan kecacatan pada bayi yang akan dilahirkan.
”Infeksi virus campak dapat menyebabkan kematian dan kecacatan menetap. Penyakit ini dapat diketahui melalui gejalanya, yakni demam tinggi, diare, batuk, ruam pada kulit, pilek, dan mata merah. Jangan dibiarkan. Segera ajak (anak-anak) berobat,” tegasnya.
Masyarakat yang ingin mendapatkan imunisasi kepada anak-anaknya dan berkonsultasi, lanjutnya, bisa mendatangi fasilitas kesehatan terdekat di masing-masing daerah tempat tinggal untuk mendapat penjelasan dan penanganan medis. (oes/mir/ign)