KOTAWARINGIN LAMA – Aktivitas rutin Siti Sarah setiap hari setelah selesai jualan ikan keliling dari desa satu ke desa lain, dia melakukan pekerjaan seorang ibu rumah tangga. Seperti bersih-bersih rumah dan memasak untuk keperluan keluarganya.
Di saat dia berjualan atau meninggalkan kediamannya di jalan Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama (Kolam) RT 01 Kelurahan Kotawaringin Hilir (Kohil), ketiga anaknya dititipkan ke rumah ibu mertuanya yang berjarak 700 meter dari rumahnya. Kemudian buah hatinya tersebut akan dijemput apabila pekerjaan rumahnya selesai.
Seperti biasa, Minggu (13/5) sore sekitar jam 18.00 WIB, wanita kelahiran 35 tahun silam ini pergi menjemput anaknya dan setibanya di rumah ibu mertuanya, dia tidak langsung pulang dan hal ini sudah jadi kebiasaannya.
Namun, kepergiannya kali ini dia dan keluarganya tidak akan bisa lagi kembali ke rumah yang sudah didiaminya bertahun-tahun itu. Saat dia dan suaminya Saidi (42) sampai ke rumah berukuran 5 x 12 meter yang berkontruksi kayu itu, sekitar jam 19.30 WIB bangunan itu sudah hampir habis dilalap si jago merah.
”Tidak ada barang yang bisa diselamatkan, kecuali pakaian yang ada di badan dan sepeda motor yang kebetulan dibawa, serta satu buah perahu alkon yang ada di kolong rumah,” tutur Saidi, sedih dan tidak menyangka musibah ini menimpa keluarganya menjelang bulan puasa yang tinggal beberapa hari ini.
Menurut bapak tiga putri ini, api diduga berasal dari bara atau sisa kayu bakar, setelah istrinya selesai memasak di dapur. Mengingat sebelum menjemput anaknya, sang istri menyelesaikan pekerjaan rumah dan menyiapkan makan malam untuk keluarga.
Siti Sarah juga mengakui, sebelum menjemput suami dan ketiga putrinya Aulia Febrianti (9), Lusiana Sapira (7) dan Novita Sari (2), dia terlebih dahulu memasak sayur dan nasi. Tetapi dikatakannya, saat rumah ditinggal pergi, api bekasnya memasak sudah padam.
Ditambahkannya, saat kejadian rumah dalam keadaan kosong sehingga tidak ada yang tahu pasti kronologis kejadiannya. Dan mereka tahu rumah itu terbakar setelah diberitahu anak sulungnya, yang pulang dari warung setelah beli token listrik untuk rumah neneknya.
”Tahunya rumah kami terbakar diberi tahu oleh orang warung yang berpesan kepada anak saya dan orang warung tersebut juga dapat informasi dari pengendara sepeda motor yang lewat, karena rumah kami jauh dengan tetangga,” terang Sarah.
Masih menurut Sarah, pada hari itu dari pagi sekitar jam 09.00 WIB hingga jam 16.30WIB, dia berjualan ikan dan sayur pucuk paku (pakis) ke sejumlah desa. Sedangkan suaminya hari itu memang tidak bekerja, dan sedang istirahat mencari ikan. Kemudian sekitar jam 18.00 WIB dia meninggalkan rumah menjemput suami dan anaknya. Lalu jam 19.30 WIB, ia dapat kabar kalau rumahnya terbakar. Pada jam 20.00 WIB api padam, bersamaan dengan ludesnya tempat tinggal mereka beserta isinya.
Dalam musibah kebakaran ini kerugian mereka mencapai puluhan juta rupiah. Untuk sementara Saidi dan keluarganya menumpang di rumah orang tuanya. Dan sekitar jam 11.00 WIB, Senin (14/5), lokasi kebakaran langsung ditinjau oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar.
”Jumlah korban satu KK atau lima jiwa, rumahnya terbakar habis dan dalam waktu segera dan kita salurkan bantuan berupa makanan siap saji, dan pakaian layak pakai. Serta yang paling dibutuhkan adalah seragam sekolah dan buku, serta alat tulis untuk kedua anak korban yang duduk di kelas 1 dan 4 SDN 4 Kotawaringin Hilir,”papar Subahan, selaku Kasi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Kobar (gst/gus)