SAMPIT – Setelah menerapkan leukodepleted, metode menghilangkan leukosit dalam darah, kini Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kotawaringin Timur kembali mendatangkan alat baru. Namanya Eclia (electrochemiluminescence immunoassay).
Alat tersebut berfungsi menguji dan menyaring penyakit yang berpotensi menular lewat transfusi darah, seperti hepatisi b, hepatitis c, HIV/AIDS, dan sifilis.
”Kualitas alat ini sudah di atas nasional. Biasanya di UDD berstandar nasional masih elisa, itu untuk UDD yang sifatnya madya. Sedangkan eclia ini sudah kategori utama,” jelas Kepala UDD PMI Kotim dr Yuendri Irawanto, Senin (30/7).
Dengan begitu, tambah Yuendri, kualitas pelayanan di UDD PMI Kotim pun meningkat. Demikian halnya dengan produksi darah yang dikeluarkan UDD PMI Kotim. Sebab, eclia mempunyai sensitivitas terhadap empat penyakit itu hampir 100 persen.
Di sisi lain, dengan adanya penerapan alat baru ini, biaya yang dikeluarkan semakin tinggi. Bila dulu biaya produksi darah Rp 75 ribu hingga Rp 80 ribu, kini mencapai Rp 150 ribu.
”Karena ini permintaan bupati untuk meningkatkan pelayanan transfusi darah, maka kami lakukan. Meski saat ini kami hanya disubsidi pemerintah hanya gedung, sementara biaya operasional semua dari UDD Kotim,” ungkap pria yang juga pernah menjabat Direktur RSUD dr Murjani Sampit ini.
Selain eclia, UDD PMI Kotim juga akan segera mengoperasionalkan alat pengolah darah baru. Alat ini nantinya bisa memisahkan sel darah merah yang trombositnya mengalami kerusakan.
”Jadi tidak perlu lagi ada pasien dengan keluhan kerusakan trombosit dirujuk ke rumah sakit luar daerah,” ujarnya.
Sementara itu, penerapan alat baru di layanan transfusi darah di UDD PMI Kotim diapresiasi sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Ketua Karang Taruna Kalimantan Tengah Abdul Hafid.
”Kami mengapresiasi UDD PMI Kotim dalam meningkatkan pelayanan donor darah untuk masyarakat. Kami harap pemerintah daerah, swasta, memperhatikan UDD PMI Kotim agar dapat bertahan bahkan terus berkembang,” kata Hafid.
UDD PMI Kotim kini dinilai sudah berkembang sangat baik. Ini dibuktikan dengan pelayanan yang dilakukan tidak hanya bagi masyarakat Kotim, melainkan juga kabupaten tetangga.
”Makanya kami harapkan pemuda berkontribusi, menyikapi kekosongan darah dengan mengajak masyarakat mendonor,” kata Hafid. (oes/ign)