PANGKALAN LADA – Warga Kecamatan Pangkalan Lada Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mulai kesulitan air bersih. Sumur-sumur warga mulai mengering. Sebagian warga mulai membeli air untuk kebutuhan sehari-hari.
Hujan yang sempat turun beberapa kali tak mampu mengembalikan debit air sumur warga yang surut akibat musim kemarau ini.
Pantauan Radar Pangkalan Bun, Desa Sungai Melawen Kecamatan Pangkalan Lada menjadi salah satu desa yang mulai terdampak kemarau ini. Debit air sumur menurun drastis bahkan ada yang sudah mengering.
Di desa ini mayoritas warga menggantungkan kebutuhan air dari sumur sumur gali dengan kedalaman antara 10 - 14 meter. "Kami disini sudah seminggu ini membeli air untuk kebutuhan keluarga. Sungaipun juga sudah kotor tidak bisa digunakan untuk mandi atau mencuci apalagi untuk memasak, kecuali kita mengambil di sumur pinggir sungai," jelas Wati, warga RT 08 Desa setempat.
Harga air bersih di desa itu dijual dengan harga Rp 2.500 untuk satu jeriken isi 20 liter. Namun jika menggunakan penampungan sebanyak 2.000 liter (tower) warga harus membayar Rp 75 Ribu. "Membeli saja sudah sulit sekarang, mudah-mudahan segera turun hujan, karena sudah benar-benar kering," tambahnya.
Jika dalam satu bulan kedepan belum ada hujan turun sudah dipastikan warga Melawen benar-benar akan kesulitan air bersih.
Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan air bersih, salah satunya dnegan sumur bor yang menghabiskan dana belasan juta. Tetapi rata-rata air yang keluar berbau karat. Sehingga sebagian warga masih berpikir dua kali untuk membuat sumur bor tersebut.
"Kalau sumur bor itu untung-untungan, kalau pas sumbernya bagus bisa dipakai, tapi biasanya berbau besi,"tambah ibu rumah tangga lainnya.
Selain untuk kebutuhan sehari-hari para petani juga sudah kesulitan mencari sumber air untuk kebutuhan penyiraman tanaman yang sudah terlanjur ditanam. Para petani sayur di Desa setempat harus merogoh kocek lebih besar dibanding sebelumnya.
Seperti dialami Yayuk, ia bersama suaminya harus mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan agar tanaman cabainya bisa tumbuh maksimal. "Biayanya besar karena harus menyiram menggunakan mesin, kalau tidak disiram dipastikan akan mati tanaman,"keluhnya.
Kepala Desa Sungai Melawen, Makin membenarkan bahwa di desanya mulai dilanda kekeringan. Meskipun masih bisa diatasi tetapi sebagian warga sudah mulai kelimpungan. (sam/sla)