SAMPIT – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Haji Asan Sampit memperkirakan musim kemarau di daerah itu akan terjadi pada pertengahan bulan Juli mendatang. Kendati demikian, BMKG mengimbau agar masyarakat tidak membakar lahan sejak sekarang.
Kepala BMKG Kotim Nur Setiawan mengatakan, berdasarkan prakiraan pihaknya, musim kemarau di Kotim akan terjadi pada dasarian kedua bulan Juli.
"Lamanya musim kemarau tahun ini dari analisa global diperkirakan akan terjadi hingga bulan September 2020. Lebih cepat daripada tahun sebelumnya," sebutnya. Pada tahun 2019 lalau, kemarau terjadi dari bulan Juli hingga akhir Oktober. Sehingga pada tahun ini musim kemarau diperkirakan tidak separah tahun sebelumnya. Meski terjadi musim kemarau masih ada potensi terjadinya hujan.
"Bisa dikatakan sebagai musim kemarau basah, namun tidak sebasah tahun 2016 dan 2017. Sedangkan untuk tingkat kekeringan masih sama, tergantung pada lokalnya sendiri," ujarnya.
Ditambahkannya, wilayah Selatan Kotim, karakteristiknya adalah lahan gambut sehingga apabila tidak terjadi hujan dalam beberapa waktu tingkat kekeringannya akan lebih cepat.
"Untuk wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yaitu di daerah Selatan adalah Teluk Sampit dan daerah sekitar Seranau. Sedangkan di wilayah Utara karena lahan gambutnya sedikit dan lebih banyak daerah perbukitan, sehingga tingkat kekeringannya lebih kecil," ungkap Nur.
Untuk titik panas saat ini sudah terpantau, namun masih dalam skala kecil. Artinya; hari ini terpantau dan keesokan harinya tidak terpantau, karena beberapa wilayah masih terjadi hujan.
"Titik panas dan titik api berbeda, kalau titik panas menggambarkan keadaan suhu di suatu daerah. Titik panas belum tentu titik api, tapi kalau titik api sudah pasti titik panas. Bisa dikatakan titik panas saat suhu mencapai 43 derajat celcius, sedangkan titip api di atas itu," jelasnya.(dia/oes)