PANGKALAN BUN- Cuaca buruk di perairan laut Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) membuat ratusan nelayan di pesisir Pantai Kubu, Bogam, Keraya, Sebuai hingga Desa Tanjung Putri di Kecamatan Arut Selatan, merugi.
Bukan hanya nelayan dengan kapasitas kapal di bawah 5 cross ton yang nihil hasil, bahkan nelayan kapal di atas itu juga paceklik mendapatkan ikan-ikan laut hasil buruan. Bukannya untung para nelayan harus pulang dengan hasil tangkapan yang tidak sesuai harapan.
Ujung-ujungnya setelah hasil tangkapan melaut selama puluhan hari di jual, ternyata tidak mampu menutup utang nelayan kepada bos mereka. Hal ini lantaran kapal-kapal di atas 5 cross ton yang beranggotakan lebih dari 6 orang tersebut, sebelum berangkat meminjam uang untuk membeli kebutuhan pribadi mereka selama melaut, dan sebagian untuk biaya hidup keluarga mereka selama ditinggalkan bekerja.
Informasi yang berhasil dihimpun, bahkan satu orang nelayan bisa sampai menanggung utang belasan juta rupiah kepada bos mereka, sehingga mereka akan terus terikat dan tidak bisa beralih profesi lain selama utang belum dibayarkan.
"Peribahasanya dalam kondisi seperti saat ini kita bekerja untuk bos saja, karena tangkapan walau 1 ton sekalipun karena utang banyak, setelah hitung-hitungan habis untuk membayar utang ongkos. Apalagi dalam kondisi seperti saat ini cuaca buruk yang berimbas pada hasil tangkapan yang sedikit," ujar Iyan, salah satu nelayan di Desa Kubu, Kecamatan Kumai, Jumat (18/12).
Ia menceritakan, pernah suatu ketika ia harus pulang dengan dijemput speed boat ke tengah laut, lantaran selama bekerja di musim cuaca buruk tidak ada hasil yang didapat. Dari pada terus memaksakan diri ia memutuskan untuk pulang meninggalkan rekan-rekannya yang masih bekerja.
Sementara itu, salah seorang pengepul ikan warga Desa Kubu, Kecamatan Kumai, Inar menyampaikan, saat ini nelayan menghadapi kondisi cuaca buruk berupa angin kencang di laut Kumai. Dampaknya, banyak nelayan kecil di bawah 5 gross ton yang tidak berani ke tengah laut, dan hanya mencari ikan di tepi laut Kumai.
"Jenis ikan laut yang pada kondisi normal seperti ikan Pari dan Remang banyak melimpah di TPI Kumai, saat ini sulit didapatkan, karena kapal engga berani melaut, banyak yang nganggur," bebernya.
Ia juga menyebutkan, dalam kondisi normal hasil tangkapan ikan dan udang bisa mencapai ton-ton an, namun pada kondisi angin musim barat ini nelayan kecil hanya bisa membawa hasil sekitar 200 sampai 300 kilogram.
Walau kondisi tersebut dialami setiap tahunnya oleh nelayan, namun imbasnya sangat dirasakan terhadap penghasilan mereka.
"Dampaknya tidak ada penghasilan mau ke laut tidak bisa karena ombaknya besar, tetap kalau kapal di atas 5 GT masih berani ke laut, yang kasihan di bawah 5 GT tidak berani, dan terlalu beresiko, serta tidak sebanding dengan penghasilan, ikan sulit didapat," pungkas Inar. (tyo/gus)