PANGKALAN BUN - Dua nelayan warga Jalan Bahari RT 9 RW 3, Kelurahan Kumai Hilir, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) ditemukan selamat setelah dikabarkan hilang selama 11 hari saat mencari ikan di perairan sekitar Tanjung Puting.
Nanang (42) dan Isra Mi'raj alias Dandi (anaknya) dijemput keluarganya di perairan Sungai Bakau setelah kapal yang mereka gunakan pecah dihantam gelombang di bagian buritannya. Bapak dan anak tersebut bertaruh nyawa dengan berlindung selama berhari-hari di balik kapal rusak itu sebelum ditemukan, Senin (21/12) sekitar pukul 04.00 WIB.
Meski saat ini mereka telah berkumpul bersama keluarganya, ternyata masih ada dua kelotok dengan dua orang nelayan yang masih belum diketahui nasibnya.
Komandan Pos AL (Danposal) Kumai, Letda Laut (P) Rio Kusuma menceritakan, peristiwa hilangnya para nelayan Kumai itu bermula dari laporan yang diterima Pos AL Kumai dari Wakil Bupati Kobar Ahmadi Riansyah bahwa ada beberapa nelayan Kumai yang belum kembali dari laut sejak 9 Desember 2020 lalu.
Berbekal informasi tersebut Pos AL melakukan koordinasi dengan Pos AL Kuala Pembuang dan stakeholder lainnya hingga diperoleh informasi bahwa salah seorang nelayan Kuala Pembuang melihat bapak dan anak tersebut melintas di perairan Gentingan. “Saksi yang melihat kedua nelayan Kumai tersebut bernama Iyan warga Kuala Pembuang. Ia datang ke Pos TNI AL Kuala Pembuang bersama dua nelayan Kumai Hilir atas nama Udin (40) dan Aril (32),” ujarnya, Senin (21/12).
Berdasarkan keterangan itu, sebelum ditemukan terdampar di perairan Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Anang dan Isra Mi'raj bersama empat orang nelayan asal Kumai lainnya (lima kelotok) berlindung dari cuaca buruk di Sungai Gentingan, Kuala Pembuang pada Jumat (18/12).
Nelayan lain itu adalah Udin, warga RT 11 RW 04, Aril warga RT 03 RW 01, Taher (belum diketahui alamatnya), dan Broto warga RT 11 RW 04 yang semuanya merupakan warga Kelurahan Kumai Hilir.
“Setelah berlindung dan melihat kondisi cuaca sudah mulai bagus, Udin dan Aril mencoba keluar dari tempat perlindungan. Namun beberapa saat kemudian cuaca buruk kembali menghadang mereka dan mereka berdua kembali berlindung di Pelabuhan Segintung hingga kehilangan kontak dengan rekan yang lain,” lanjutnya.
Kemudian pada Minggu 20 Desember 2020 sekitar pukul 14.30 WIB, Udin, Aril, dan Iyan (nelayan Kuala Pembuang) mencoba mendatangi Sungai Gentingan. Mereka mencari keberadaan nelayan lain yang sebelumnya berlindung di kawasn itu. “Namun menurut pemancing dari Sampit yang mereka temui di laut disebutkan bahwa sudah tidak ada kelotok nelayan Kumai di perairan tersebut. Mengetahui hal itu ketiga nelayan tersebut kembali ke Kuala Pembuang,” terangnya.
“Berdasarkan perkiraan, perairan yang paling aman untuk tempat berlindung selain Sungai Gentingan yaitu Sungai Besi dan Sungai Undang dekat Tanjung Puting,” tambahnya.
Namun saat itu tinggi gelombang diperkirakan mencapai dua meter di sekitar Segintung dan dimungkinkan tiga meter lebih di perairan Tanjung Puting.
Dengan ditemukannya Nanang dan Isra Mi'raj, maka hingga saat ini masih ada dua nelayan dengan dua kelotok yang belum diketahui keberadaannya. Mereka adalah Broto dan Taher. “Kemungkinan mereka berlindung menunggu cuaca reda. Sementara ini Pos AL Kumai dan Basarnas Kobar belum mencari, Pos AL Kuala Pembuang dan Basarnas Sampit yang mencari duluan, setelah mereka selesai baru kita sisir, karena lokasi terdekat Sampit bukan kita, namun karena warga kita, kita bantu koordinasinya,” pungkasnya. (tyo/sla)