SAMPIT - Kenaikan nilai tukar dolar terhadap rupiah mengerek harga kedelai di pasaran. Dampaknya dirasakan langsung oleh produsen tahu. Kendati demikian, harga tahu di Sampit masih bertahan. Belum ada kenaikan.
Produsen tahu di Kecamatan Baamang Suhari mengaku belum menaikan harga jual tahu. Tapi bila harga kedelai naik lagi, dia akan memperkecil ukuran tahu.
”Kami khawatir pembeli kecewa, makanya belum ada kenaikan. Tapi bila harga kedelai terus mengalami kenaikan, terpaksa ukuran tahu kami buat lebih kecil,” ungkap Suhari, Senin (10/9).
Kenaikan kedelai ini berimbas terhadap merosotnya penghasilan produsen. Bila dulu sehari dapat meraup untuk bersih Rp 1 juta, kini hanya Rp 500 ribu.
Harga kedelai impor kini Rp 395 ribu per karung berisi 50 kilogram. Sebelumnya hanya Rp 345 ribu – Rp 350 ribu per sak. Per sak kedelai dapat menghasilkan 1.000 biji tahu.
Kenaikan kedelai mulai beberapa bulan lalu. Saat ini diperkirakan kedelai dari agen masih setok lama sehingga kenaikan belum signifikan bagi pengusaha pembuatan tahu di Sampit.
Suhari mengaku memilih bahan kedelai impor karena lebih mudah didapat. Selain itu lebih murah dibanding kedelai lokal.
”Memang kalau rasa lebih enak yang lokal. Tapi kedelai impor mudah didapat dan lebih murah. Bijinya pun besar-besar,” katanya.
Mahalnya harga kedelai ini diyakini akan terus terjadi bila nilai tukar rupiah terhadap dollar masih lemah.
”Kalau setok kedelai di agen banyak, tidak masalah, meski harga naik. Jadi masalah besar bila setok kosong. Bisa enggak makan tahu masyarakat Sampit,” katanya.
Selain harga kedelai, produsen tahu juga kesulitan kayu bakar sehingga berpengaruh terhadap biaya produksi tahu. (oes/yit)