SAMPIT – Sebanyak 79 persen atau 112 juta pengguna smartphone adalah generasi milenial. Namun, tak lebih dari satu persen generasi milenial yang menjadi pelaku bisnis e-commerce, sebuah aktivitas bisnis yang dilakukan melalui internet. Demikian dikatakan Caleg DPR RI Muktarudin saat diskusi bertajuk Tantangan Generasi Milenial di Era Bonus Demografi dan Revolusi Industri 4,0 yang dilaksanakan di Esspresso31 Caffee Club, Citimall Sampit, Minggu (14/10) malam.
Dalam diskusi yang digelar Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD-KAHMI) Kotim, Muktarudin mengungkapkan bahwa generasi milenial sangat erat dengan media sosial. Sebanyak 81 persen dari pengguna facebook adalah generasi milenial. Hal yang sama juga terjadi pada whatsapp yang mencapai 70 persen, dan instragram 40 persen.
Generasi milenial punya peran penting dalam menuju revolusi industri 4.0. Dalam perkembangan revolusi industri keempat atau 4.0 ini, ada empat sektor yang akan difokuskan di Indonesia. Yaitu makanan-minuman, tekstil, otomotif, dan elektronik.
Indonesia juga diuntungkan dengan bonus demografi, kondisi dimana jumlah angkatan kerja (usia 15-64 tahun) mencapai 70 persen dari total penduduk. Sedangkan 30 persen adalah berusia tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan di atas 65 tahun).
Ketua MD KAHMI Kotim Zaman menyebutkan, sebanyak 61 persen penduduk Indonesia berusia produktif. Namun usia produktif tidak dapat dikatakan produktif jika tidak memiliki potensial.
“Usia produktif di Negara Indonesia tidak sebanding dengan tingkat produktivitas, karena 60 persen tenaga kerja di Indonesia masih banyak lulusan Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini jika tidak dikelola dengan baik, akan menjadi masalah bagi bangsa kita,” lanjut Zam’an.
Era revolusi industri di Indonesia sudah sampai era yang keempat, yaitu zamannya teknologi informatika. Gadget bukan lagi barang mewah, namun sudah menjadi kebutuhan. Dengan teknologi sekarang ini, semua informasi bisa didapatkan dengan mudah.
Eddy Sabarudin selaku moderator menambahkan, banyak sektor ekonomi tergeser oleh teknologi. Dipresdiksikan ada 1,5 miliar tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaan di masa lalu, dan tergantikan menjadi pekerjaan-pekerjaan yang baru pada tahun 2045 yang akan datang.
”Sehingga ini menjadi tantangan untuk kita semua,” ujar Eddy Sabarudin.
Sekarang tidak hanya mesin-mesin yang memudahkan pekerjaan di pabrik, namun tenaga medis sudah menggunakan robotic.
Sementara itu Wawan S. Marang menyebutkan, generasi milenial cenderung tidak ingin keluar dari zona nyaman, tidak ingin mengambil risiko, dan sering membentuk kelompok-kelompok.
“Konsep berwirausaha perlu ditanamkan untuk generasi milenial, agar dapat memanfaatkan waktunya dengan hal-hal positif. Jika sudah seperti itu, generasi milenial akan memiliki pandangan yang lebih luas, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh sekelompok orang,” lanjut Wawan S. Marang. (rm-94/yit)