Mugeni merupakan tokoh birokrasi dan literasi Kalimantan Tengah (Kalteng). Mantan Penjabat Sekretaris Daerah Kalteng ini memilih istirahat dari lingkungan birokrasi setelah ikut pesta demokrasi di Kabupaten Sukamara tahun 2018 lalu.
FAUZIANNUR, Sukamara
Sore itu, Radar Sampit berkunjung ke Chana’s Lake. Sebuah danau buatan di tengah kebun. Di sana Mugeni sudah menanti. Pria bergelar doktor ini mengenakan setelan celana putih dan kaos merah, dipadu topi putih. Dia ditemani sang istri dan seorang kameramen yang juga anaknya, sekaligus editor video.
Setelah pensiun dari birokrasi, membuat konten video merupakan salah satu aktivitas baru Mugeni. Konten videonya lebih banyak diolah di Chana’s Lake, kebun, dan kolam buatan itu. Hasil editing video diunggah dalam chanel Youtube miliknya. Sekitar enam bulan berjalan, sudah hampir 40 video diunggah.
”Jika ke Chana’s Lake, saya membuat video tentang bercocok tanam buah-buahan maupun tanaman hias. Saya senang karena melalui video bisa mengajak orang untuk menanam pohon dan bisa memberikan edukasi kepada generasi muda. Menanam tidak perlu menunggu bibit pohon banyak, tetapi mulailah dari sedikit. Meski 5 atau 10 batang. Nikmati prosesnya hingga berbuah, karena semuanya memang perlu proses,” ujar mantan Penjabat Bupati Barito Selatan ini.
Chana’s Lake mulai dibangun tahun 2007 silam, saat dirinya menjabat Sekda Sukamara. Sebuah kebun masyarakat seluas sekitar 20 hektare dibeli, kemudian disulap menjadi kebun kelapa sawit, karet, dan buah-buahan. Kolam dan saluran kanal air dibangun mengitari kebun. Selain berguna sebagai penghalang api, ternyata juga bisa menjadi tempat rekreasi.
Bibit pohon dan tanaman hias ditanam di kebun, misalnya, alpukat, jeruk, dan tanaman buah lainnya.
Tanaman hias diambil dari pohon hutan Kalimantan, seperti pohon pulai dan dijadikan bonsai. Selama proses itulah konten video dibuat. Dalam seminggu ditarget minimal satu video diunggah ke Mugeni & Chana’s Lake Channel.
”Jika saya ke Sukamara dan ke Chana’s Lake bisa membuat banyak video. Konsep materinya sudah saya persiapkan dari Palangka Raya,” tuturnya, seraya menegaskan dalam membuat konten harus konsisten dan tidak perlu terpengaruh jumlah penonton maupun subscribers.
”Tujuan saya membuat konten di Chana’s Lake ini memberikan edukasi. Rencananya, di Chana’s Lake juga dibangun taman baca diisi dengan buku-buku tentang perkebunan dan pertanian, serta budaya Dayak. Buku-buku perkebunan dan pertanian sudah siap. Koleksi saya dan istri. Buku-buku tentang budaya Dayak sudah ada teman di Jakarta siap menyediakan,” ujarnya.
Tak lagi bergelut dibirokrasi, bukan berarti tak lagi berkontribusi. Selain berkebun dan membuat konten video, Ketua Komunitas Penulis Literasi Dayak ini juga menjadi dosen luar biasa di Universitas Palangka Raya. Dia mengajar mata kuliah Hukum Tata Negara. Sesuai kelimuan yang dimilikinya.
”Mungkin setelah Lebaran nanti buka warung kopi di Chana’s Lake. Minum di sini sambil rekreasi keluarga,” kata pria kelahiran Pangkalan Bun, 4 Juli 1959 ini. (***/ign)