SAMPIT– Penderita penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) diharapkan tak malu untuk berobat dana mengontrol kesehatannya. Hal itu penting agar penanganan penyakit itu bisa maksimal dilakukan. Selama ini petugas kesehatan kesulitan karena penderita yang agak tertutup.
”Kebanyakan penderita sudah kritis atau meninggal baru diketahui menderita HIV/AIDS, sehingga terbilang sulit untuk bisa ditangani sejak dini, karena sangat jarang ada yang mau terbuka dan dengan sukarela dilakukan penanganan kesehatannya oleh petugas kesehatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim Faisal Novendra Cahyanto, Kamis (21/1).
Biasanya, lanjut Faisal, apabila ada pasien yang meninggal karena HIV/AIDS, pihaknya langsung memeriksa kondisi kesehatan keluarganya, karena dikhawatirkan ada yang tidak mengetahui dan bisa terjangkit. Selama kasus di Kotim, ada beberapa yang anak penderita ikut terjangkit.
”Biasanya, jika suami yang positif, maka istrinya akan diperiksa beserta dengan anaknya, begitu juga sebaliknya. Jika istrinya yang positif, suaminya juga akan diperiksa,” ujarnya.
Apabila upaya penanganan kesehatan cepat dilakukan dan terkontrol, kata Faisal, penderita masih bisa bertahan hidup lebih lama. Penderita HIV/AIDS yang dapat ditangani petugas kesehatan, selain mendapatkan pelayanan, mereka juga biasanya dibimbing secara psikologis, mental, dan rohani agar tidak merasa dikucilkan dari lingkungan dan mereka memiliki semangat berobat serta menjalani hidup.
”Petugas kesehatan akan memastikan identitas penderita HIV/AIDS akan selalu kami rahasiakan, agar mereka selalu merasa aman untuk melakukan pengobatan dan kontrol kesehatannya,” katanya.
Menurut Faisal, selama ini cukup sulit memantau keberadaan penderita HIV/AIDS jika mereka tidak dengan kesadaran sendiri mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu, dia mengharapkan penderita HIV/AIDS yang belum terpantau agar tidak menutup diri dan segera berobat. (dc/ign)