SAMPIT – Penataan parkir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit sejak pembangunan gedung baru semrawut. Hal itu disebabkan lahan semakin menyempit, meskipun pihak RSUD sudah menyediakan lahan khusus untuk parkir di sebelah kanan gedung RSUD.
Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD dr Murjani Sampit Yudha Herlambang mengatakan, kesemrawutan parkir itu disebabkan gedung RSUD masih tahap pembangunan, sehingga lahan parkir terbatas.
Meski ada lahan khusus untuk parkir, pengunjung rumah sakit merasa terlalu jauh menggunakan lahan yang disediakan, sehingga kendaraan menumpuk di depan jalan pintu masuk rumah sakit.
”Kami sudah menyewa lahan parkir untuk pengunjung pasien, tetapi pengunjung kemungkinan merasa jauh berjalan kaki menuju RSUD. Makanya, kendaraan banyak menumpuk di depan gedung,” kata Yudha.
Yudha menambahkan, RSUD dr Murjani merupakan milik Pemkab Kotim, sehingga sudah seharusnya pemkab memikirkan penyediaan lahan parkir seiring dengan proses pembangunan gedung baru. Menurutnya, penyediaan lahan parkir sangat penting, mengingat ketersediaan lahan semakin menyempit.
”Pemkab perlu mengantisipasi demi kenyamanan dan ketertibaan penataan parkir. Selain pembangunan gedung, juga harus memikirkan peningkatan dan pemerataan sarana, khususnya untuk penyediaan lahan parkir,” ujarnya.
Pengelola Parkir CV Abhinaya 57 Adi Wahyudi mengatakan, kesemrawutan parkir terjadi bukan karena kelalaian petugas parkir menata dan merapikan kendaraan. Namun, itu karena kendaraan parkir bercampur antara pegawai dan pengunjung.
Adi mengungkapkan, lahan parkir menyempit sejak adanya pembangunan gedung baru dan pihaknya sudah ada kesepakatan dengan kontraktor agar dibuatkan jalan tempat parkir khusus mobil, tepatnya di sebelah kanan gedung rumah sakit.
”Jalan menuju ke sana itu penuh. Meskipun lahan parkir sudah disediakan, tetapi yang memarkir di sana tidak banyak. Selain jauh, tempat parkir yang sudah disediakan khusus mobil pun sulit,” kata Adi.
Adi menuturkan, parkir sempat tidak terkontrol sejak adanya pendaftaran CPNS yang ramai beberapa waktu lalu. ”Waktu itu ada pendaftaran CPNS, sekitar 10 hari yang lalu. Jadi, kami akui penataan parkir tidak terkontrol. Baru ditata rapi, sudah keluar lagi, lalu datang lagi kendaraan baru. Begitu terus selama hampir seminggu,” ujarnya.
Menurut Adi, pegawai RSUD sudah diarahkan memarkirkan kendaraannya di belakang gedung. Tetapi, kebanyakan enggan memarkir di lokasi yang sudah disiapkan karena posnya bekerja terlalu jauh dengan lokasi parkir.
Adi mengaku sudah mengingatkan 16 petugas parkir agar menata dan merapikan kendaraan, jangan sampai mengganggu jalan mobil ambulans melintas. Namun, masih ada masyarakat yang memarkir sembarangan merki ada larangan parkir di area tertentu.
Mengenai pengenaan tarif parkir, Adi menjelaskan, hal tersebut diatur sesuai perjanjian kontrak yang telah disepakati bersama. Pendapatan kotor dari parkir sebesar 10 persen untuk kas daerah, 40 persen untuk RSUD, dan 60 persen untuk perusahaan pengelola.
Adi juga meluruskan informasi yang beredar, bahwa parkir di RSUD mahal, melebihi tarif pemerintah. Dia menegaskan, pihaknya memberikan kemudahan pada keluarga pasien yang berkali-kali berkunjung, dengan hanya sekali mengeluarkan biaya sebesar Rp 5 ribu.
”Kami tawarkan kepada pengunjung, apakah akan berencana bolak-balik ke RSUD? Jika demikian, kasihan dia harus bayar terus. Kami tawarkan kartu parkir khusus, sehingga mereka cukup bayar Rp 5.000 per hari, dapat bolak balik sepuasnya,” katanya. (hgn/ign)
