SAMPIT- Warna merah dan emas mendominasi salah satu toko yang di Jalan HM Arsyad, Sampit. Ada pernak-pernik keperluan perayaan tahun baru Cina 2570 yang jatuh pada 5 Februari 2019. Beberapa warga keturunan Tionghoa tampak berbelanja di Toko Maju Jaya.
”Sudah mulai banyak pembeli sejak seminggu yang lalu,” ujar Mega, pemilik toko.
Ia mengatakan, pernak-pernik yang dicari pelanggan mulai dari hiasan pintu, lilin, kertas sembah, hingga lampion. Karena Imlek tahun ini merupakan tahun babi tanah, tokonya didominasi pernak-pernik shio babi.
”Tema khusus sebenarnya tidak ada, tapi karena masuk tahun babi jadi hiasannya babi. Sampai rusak, baru boleh lepas,” tambahnya.
Aksesoris dijual dengan harga bervariasi. Misalnya lampion mulai dari Rp. 80 ribu hingga Rp 200 ribu lebih, angpao dari harga Rp. 1.500 sampai Rp. 6.000.
Tahun baru Imlek identik dengan bagi-bagi angpao. Tradisi ini membuat para pelanggan Toko Maju Jaya banyak yang berburu kertas angpao bergambar babi. Mulai dari ukuran kecil hingga yang besar.
”Tergantung selera, ada yang cari angpao yang biasa saja, ada juga yang mencari dengan kualitas bagus,” tuturnya
Selain untuk keperluan pelanggan pribadi, ada juga pelanggan yang membeli pernak-pernik Imlek untuk dekorasi vihara ataupun perkantoran. “Kalau dari vihara setahun sekali kadang ganti, kadang tidak,” imbuhnya.
Selain menjual pernak-pernik Toko Maju Jaya juga menjual kue keranjang yang memang wajib ada setiap kali perayaan imlek. Mega mengatakan, kue keranjang yang dijual di tokonya adalah produksi sendiri yang dijual seharga Rp. 15 ribu per 0,5 kilogram.
Sementara itu bagi pembeli yang tidak ingin repot, Toko Maju Jaya juga menjual kertas sembahyang yang sudah dilipat per karung seharga Rp. 45 ribu, sedangkan untuk kertas yang belum dilipat dijual dengan harga Rp. 33 ribu satu pack isi enam.
Dupa juga banyak di cari pelanggan untuk keperluan sembahyang. Dupa dengan gambar naga paling laris.
Selain ornamen-ornamen khas Imlek, pohon angpao menjadi salah daya tarik setiap tamu yang berkunjung ke rumah kerabat yang merayakan imlek.
Lingcey salah satu warga keturunan Tionghoa menuturkan, setiap tahunnya selalu merangkai pohon angpao sendiri dibantu anak dan cucunya. Setiap tahun selalu mencari ranting pohon yang memiliki banyak cabang sehingga mudah untuk menghias bunga dan menggantung pernak-pernik imlek.
”Bersih-bersih rumah dan menghias rumah menjelang imlek itu sudah jadi tradisi setiap tahunnya di keluarga kami,” ujar wanita 53 tahun ini.
Lingcey sudah membeli keperluan imlek sejak tiga hari yang lalu, seperti kertas sembahyang dan dupa. “Masih ada yang kurang, nanti menyusul beli lagi,” tuturnya.
Sementara itu untuk pernak-perniknya sendiri Lingcey biasa menggunakan pernak-pernik dari tahun lalu, hanya beberapa hiasan saja yang beli baru sesuai dengan shio tahun 2019.
Lingcey yang rutin melakukan peribadatan di Vihara Karuna Maitreya Sampit mengatakan, umat vihara lainnya telah melakukan pembersihan altar pada hari minggu di vihara tersebut. (rm-96/yit)