SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Rabu, 06 Februari 2019 13:32
Sacapmeh, Sembahyang, hingga Bagikan Angpau

Tradisi Masyarakat Tionghoa Merayakan Imlek

BARONGSAI: Barongsay mengusir ciong atau hal tidak baik di rumah warga yang merayakan Imlek di Jalan Kacak Piring 1, Sampit, Selasa (5/2).(DWI CIPTA/ RADAR SAMPIT)

TAHUN baru Imlek diperingati masyarakat Tionghoa dengan suka cita. Ada beragam tradisi yang sarat makna dan selalu dijaga. Mulai dari sacapmeh, sembahyang, hingga bagi-bagi angpau. 

==========

Angpao selalu ditunggu, apalagi saat tahun baru Imlek. Bagi-bagi angpao sudah menjadi tradisi lama. Amplop berwarna merah dengan beraneka gambar dan motif menjadi magnet tersendiri pada perayaan imlek.

”Sudah menjadi kewajiban di keluarga kami bagi-bagi angpao. Walaupun tidak banyak, yang penting berbagi rezeki, agar nantinya semakin melimpah,” ujar  Lingcey.  

Menurut Lingcey, sudah menjadi kebiasaan setiap tahun baru Imlek untuk saling menghormati saat berkunjung satu sama lain dengan mengatakan gong xi fa cai, yang berarti berbahagia dan cepat kaya.   

Perayaan tahun baru Imlek sejatinya merupakan perayaan penanggalan hari pertama dalam bulan lunar atau tanggal 1 imlek, tanggal pertama dalam kalender Tionghoa. Pada malam pergantian tahun baru Imlek umat Budha keturunan melakukan ritual kebaktian, yakni persembahyangan kepada Tuhan.   

Ritual sembahyang yang dilakukan pada malam pergantian tahun selain merupakan  wujud dalam mengagungkan Tuhan YME, juga sebagai bentuk rasa syukur atas kesehatan yang diberikan sehingga para umat bisa merayakan imlek kembali dan kumpul bersama keluarga, itulah mengapa bagi warga keturuan tionghoa tahun baru imlek menjadi perayan terpenting karena pada moment itulah silahturahmi terjalin.

“Setahun sekali bisa kumpul bersama keluarga dari yang jauh-jauh, kumpulnya ya saat moment Imlek ini,” tambah Lingcey.

Dikatakan Lingcey, malam sebelum perayaan tahun baru Imlek sudah menjadi tradisi di keluarganya untuk makan berasama keluarga. Makan malam yang disebut sacapmeh atau tanggal 30 Imlek adalah makan malam yang sudah menjadi kewajiban bagi anak, cucu, dan menantu kumpul di tempat orang tua untuk makan besar.

Menurut Lingcey, masakan yang disajikan pun minimal tujuh macam jenis masakan, dan ada beberapa masakan yang wajib ada saat sacapmeh, yakni mie yang melambangkan panjang umur, dan sayuran hijau yang melambangkan rezeki, sedangkan ikan atau ayam lambangkan kemakmuran.

“Harus ada ikan bersisik dan masaknya harus utuh tidak boleh di potong, yang melambangkan kemakmuran, keberuntungan, rezeki yang berlimpah,” tandasnya.

Tak ketinggalan buah dan telur yang melambangkan kesuburan, dan kue keranjang yang melambangkan tali persaudaraan yang erat. “Kue keranjang kan lengket, diartikan biar rukun,” Imbuhnya.

”Itu yang wajib ada dan sisanya terserah saja mau masak apa,” tuturnya.

Lingcey juga mengatakan dalam sacapmeh ada makanan yang paling dipantang, yaitu bubur lambang kemiskinan, pare lambang hidup pahit, dan bihun yang dimaknai sebagai lambang kehancuran baik dalam usaha maupun keluarga.

”Jadi itu yang paling dipantang mulai dari Imlek sampai cap go meh,” tuturnya.

Saat hari ketujuh, setelah imlek ada tradisi masak tujuh macam sayur  yang dimasak sekaligus. ”Biar tambah hoki dan sehat selalu,” ungkap umat Vihara Karuna Maitreya ini. (rm-96/yit)

  

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers