PANGKALAN BUN- Kasus kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten Kotawaringin Barat terus meningkat. Selama Juni - Juli (sampai 17 Juli) terpantau 13 hotspot.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Petrus Rinda mengakui bahwa kasus karhutla cukup mengancam Kobar saat musim kemarau seperti ini. Mengingat saat ini sudah ditetapkan status siaga karhutla sejak awal Juli.
“Kasus karhutla di Kobar ini terus meluas. Jumlah kebakaran juga bertambah banyak,” kata Petrus Rinda, Kamis (18/7)
Menurutnya dari 13 hotspot yang terpantau satelit itu memang mampu tertangani dnegan baik oleh Satgas Karhutla. Namun demikian ancaman kebakaran tetap tidak bisa diremehkan.“Itu 13 hotspotnya dari sekitar satu setengah bulan saja. Kalau kita hitung dari Januari hingga Juli mencapai 26 hotspot,” jelasnya.
Petrus menyebutkan, Kecamatan Kumai menjadi kawasan yang sering terbakar. Dan setiap kasus kebakaran sering terjadi pada malam hari. “Sampai saat ini Kecamatan Kumai yang terdata paling sering mengalami kebakaran. Kemudian di Kecamatan Kotawaringin Lama dan Arut Selatan,” bebernya.
Sementara itu Bupati Kobar Hj Nurhidayah mengatakan, saat ini kasus karhutla tengah menjadi sorotan nasional. Apalagi di Kobar ini sudah mulai ada peningkatan. “Kami minta agar masyarakat tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Karena yang sering ditemukan di lapangan ada oknum warga membakar dan ditinggalkan, sehingga makin meluas. Ini yang tidak kita harapkan,” ujarnya.
Jika kasus kebakaran terus bertambah, maka Pemkab Kobar akan secepatnya meminta bantuan helikopter water boombing untuk membantu pemadaman.
“Usulan bantuan helikopter sudah kita sampaikan ke BNPB. Saat ini juga sudah ada satu helikopter di Palangka Raya, jika kasus karhutla meningkat maka bisa kita minta bantuan guna mencegah terjadinya kabut asap,” jelasnya. (rin/sla)