SAMPIT - Mengikuti lomba jurnalistik merupakan sebuah tantangan bagi para wartawan. Agar bisa menang, sebuah karya memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, ataupun biaya. Ada rasa bangga ketika karya yang diikutkan menjadi pemenang. Tidak melulu harus menjadi juara pertama, menjadi finalis pun sudah menggembirakan.
Demikian dikatakan Heru Prayitno saat memberikan materi ”Lomba Jurnalistik, Tantangan yang Menyenangkan” dalam acara Akademi Jurnalistik yang digelar PWI Kotim di Werra Resort kemarin (10/9).
Menurut Heru, hadiah lomba jurnalistik bisa berupa uang, barang, ataupun jalan-jalan. Misalnya, Anugerah Pewarta Astra memberikan hadiah mobil dan sepeda motor. Anugerah Jurnalistik Pertamina memberikan hadiah uang puluhan juta plus jalan-jalan ke Eropa. Ada juga BPJS Kesehatan, Ketenagakerjaan, Kemendikbud, Kementerian ESDM yang memberikan hadiah belasan juta rupiah kepada setiap jawara.
”Ada puluhan lomba jurnalistik yang rutin digelar setiap tahun. Ini tantangan yang menyenangkan, karena hadiahnya sangat menggiurkan,” ujar Redaktur Radar Sampit ini.
Selain hadiah, juga ada manfaat yang diraih saat mengikuti kompetisi. Dalam kompetisi apapun itu, ketika berani memutuskan untuk ikut di dalamnya, berarti sudah memutuskan menjadi seorang yang berani.
”Mengikuti kompetisi akan mempertemukan kita dengan banyak orang-orang yang lebih hebat dari diri kita. Hal ini dapat melatih diri kita untuk bisa berjiwa besar saat kalah dalam kompetisi. Sekaligus mengingatkan bahwa, di atas langit masih ada langit," ujarnya.
Sebagai wartawan yang sering memenangi lomba jurnalistik, Heru pun berbagai sedikit tips. Di antaranya, ikuti lomba yang objek liputannya tersedia di daerah kita, review kembali karya-karya yang pernah juara di kompetisi yang sama, tentukan objek liputan dan narasumber, himpun data yang valid, dan sajikan dalam sebuah karya jurnalistik.
Selain Heru, pelatihan jurnalistik ini juga menghadirkan wartawan LKBN Antara Norjani dan Kepala Dishubkominfo Kotim Multazam sebagai narasumber. Norjani memberikan materi dasar-dasar jurnalistik, sedangkan Multazam memberikan materi tentang pencegahan hoaks.
Akademi Jurnalistik ini diikuti para pelajar, mahasiswa, dan beberapa guru. Kegiatan ini juga dihadiri Asisten I Setda Kotim Nur Aswan, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMDes) Kotim, Ketua KPU Kotim Siti Fathonah Purnaningsih, Ketua PWI Provinsi Kalimantan Tengah Haris Sadikin, serta beberapa jajaran SOPD lainnya.
Dalam sambutan, Asisten I Setda Kotim menyebut bahwa fenomena hoaks telah meluluhlantakkan kepercayaan masyarakat terhadap informasi. Masyarakat menjadi bingung atas derasnya arus informasi.
"Oleh karenanya tugas para wartawan untuk melakukan konfirmasi berkaitan dengan pemberitaan tersebut," sebutnya.
Sementara itu Ketua PWI Kotim Andri Rizky Agustian mengatakan, Akademi Jurnalistik sebagai wadah bagi para bibit-bibit penulis di Kotim memperdalam kemampuan menulis. Sedangkan Ketua PWI Kalteng Haris Sadikin mengatakan, generasi muda tidak pernah takut untuk menjadi jurnalis.
Di akhir sesi pelatihan, panitia menyelenggarakan lomba menulis dengan objek liputan kegiatan Akademi Jurnalistik. Juara Harapan 3 diraih Miftahur Riska (STIE Sampit), Harapan 2 Yulia Handayani (STIE Sampit), Harapan 1 Fitri Anggraeni Puspitaningrum (SMKN 1 Sampit), Juara 3 diraih Mesa Qur’aniah Effendi (STIH Habaring Hurung Sampit), Juara 2 Mona Handayani (SMAN 3 Sampit), dan Juara 1 Dhiyaa Cinta Andini Nasution (SMAN 2 Sampit).
“Kegiatan ini memotivasi kami untuk bisa menjadi seorang jurnalis yang handal,” ucap Dhiyaa usai menerima hadiah. (yn/yit)