PANGKALAN BUN – Warga Kotawaringin Barat mendadak geger, itu terjadi setelah munculnya unggahan di medsos Instagram tenteng foto orangutan yang tewas terpanggang akibat kebakaran hutan dan lahan di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat.
Unggahan pertama dilakukan oleh akun @renggo6fr lantas makin viral setelah sejumlah akun instagram lainnya ikut merepost. Bahkan akun @infokalteng dengan follower lebih dari 87 ribu juga ikut merepostnya.
Terkait hal itu Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II BKSDA Kalteng langsung membantah unggahan foto orangutan yang dikabarkan tewas akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).
Bersama dengan pemilik akun instagram @renggo6fr, Furkan, Kepala SKW II Pangkalan Bun, BKSDA Kalteng Dendi Sutiadi mengatakan bahwa peristiwa matinya orangutan bersama anaknya dalam kondisi mengenaskan tersebut sejatinya terjadi di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 silam.
Menurut Dendi, unggahan yang sempat menyita perhatian dunia internasional tersebut, sempat membuat SKW II Pangkalan Bun kelabakan lantaran banyaknya pertanyaan baik dari Kementerian Kehutanan maupun dari berbagai media.
Apalagi dalam unggahan tersebut tertulis tag (tanda lokasi) primata dindungi tersebut berada di Pelingkau, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat dan kemudian di repost kembali oleh beberapa akun Instagram.
“Salah satu akun instagram yang me-repost adalah akun @infokalteng, dan banyak yang mengira bahwa Orangutan yang tewas tersebut benar - benar terjadi di Kobar,” ujarnya.
Dendi mengaku shock saat menerima kabar tersebut, hal ini lantaran tidak ada satupun rekan dan mitra di lapangan yang melaporkan peristiwa tersebut. Hingga akhirnya pihaknya melakukan penelusuran dan mendapatkan fakta bahwa peristiwa tersebut terjadi tahun 2016 silam di Bontang.
Untuk mengklarifikasi kabar yang sudah beredar di media sosial, SKW II BKSDA Kalteng menghubungi pemilik akun @renggo6fr, pria asal Aceh yang berprofesi sebagai pelatih Surfing di Bali ini kebetulan berada di Pangkalan Bun, dan bersedia datang ke kantor BKSDA untuk meluruskan kabar yang telah beredar luas tersebut.
Furkan yang baru pertama kali berkunjung ke Kobar ini datang untuk melihat Orangutan dan membantu penanganan kawasan TNTP yang terbakar. Namun karena ketidakhati-hatiannya dalam memposting di media sosial menimbulkan permasalahan.
“Furkan sudah minta maaf, dan ia kooperatif sehingga persoalan ini kami anggap sudah selesai. Furkan ini warga Aceh yang berdomisili di Bali, ia menyadari kekhilafannya dan bersedia mengakui kesalahannya di kantor BKSDA SKW II Pangkalan Bun,” kata Dendi Sutiadi.
Ia juga menjelaskan bahwa postingan tersebut tidak di hapus, karena sebenarnya kata-katanya juga bijak. Dimana masyarakat diajak untuk menjaga kelestarian Orangutan.
“Hanya lokasinya saja yang dihapus. Agar tidak menimbulkan spekulasi di masyarakat,” katanya.
Sementara itu, pemilik akun @rebggo6fr, Furkan menceritakan bahwa tiga foto yang ia posting diakun instagram miliknya tersebut didapatkan dari seorang teman saat ia berkunjung ke Banjarmasin.
Ia mengaku kaget ketika melihat Orangutan itu mati karena kebakaran hutan, dan memposting tiga foto tersebut, karena ia tidak menemukan foto tersebut di akun medsos lainnya.
“Akhirnya saya posting, dan kebetulan waktu itu tag tempat muncul di Pelingkau Pangkalan Bun. Dan paginya saya kaget mengetahui banyak komentar dan foto tersebut yang katanya hoax,” ujarnya saat di kantor SKW II BKSDA Kalteng. (tyo/rin/sla)