PANGKALAN BUN - Ratusan pembudidaya ikan (petani) keramba di Daerah Aliran Sungai Arut mulai eksodus ke sejumlah tempat. Mereka nekat berpindah untuk mendapatkan kualitas air yang lebih baik.
Ada dua jalur eksodus para pembudidaya ikan ini, sebagian kecil menarik puluhan kotak kerambanya ke bagian hulu sungai, tepatnya di atas Kadipi dan sebagian besar berpindah ke bagian hilir sungai yaitu ke DAS Lamandau.
Meski demikian masih ada yang mencoba bertahan di tempat semula, yaitu DAS Arut baik di ujung jembatan Kelurahan Baru menuju ke Kelurahan Raja Seberang dan Mendawai Seberang. Namun risikonya setiap tahun mereka harus siap dihantui perasaan was - was saat menjelang pergantian musim kemarau ke musim hujan, karena saat itulah tingkat kematian ikan menjadi tinggi.
Tidak peduli ikan yang masih kecil atau ikan yang siap panen tidak mampu bertahan dengan menurunnya kualitas air sungai. Kerugian yang dideritapun tidak sedikit baik pembudiya ikan dalam skala kecil maupun pembudidaya bermodal besar, rata - rata kerugian yang mereka derita mencapai puluhan juta rupiah.
Seperti yang diungkapkan oleh para pembudidaya ikan keramba di Karang Anyar, Ani, setelah peralihan musim ini, pihaknya sudah mengalami kerugian rata - rata Rp 10 juta.Ia mengakui tidak seperti tahun sebelumnya ikan bisa mati serentak dengan jumlah ribuan, kali ini hanya sedikit - sedikit tetapi terjadi setiap hari. Untungnya mereka bergerak cepat, keramba yang ada digeser dan ditarik ke seberang sungai untuk mendapat air dengan kualitas yang lebih baik sehingga kerugian lebih besar dapat dihindari.
”Keramba ditarik ke seberang sungai, karena airnya relatif lebih bagus, anehnya kondisi tersebut tidak terjadi di sepanjang alur sungai, hanya di titik tertentu saja,” ungkapnya.
Mereka berharap ada solusi dari dinas terkait fenomena yang terjadi setiap tahun ini agar mereka tidak menghadapi persoalan kematian ikan setiap tahunnya. (tyo/sla)