TAMIANG LAYANG – Korban perang melawan pandemi Covid-19 terus berjatuhan. Seorang perempuan muda berusia 24 tahun, pegawai puskesmas, RPO, mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus Palangka Raya, 18 April lalu. Dari hasil tes swabnya yang keluar sepekan kemudian, dia dinyatakan positif Covid-19.
”Hasilnya baru diketahui Minggu (26/4) kemarin, bersamaan dengan PDP (pasien dalam pengawasan) lainnya. Jadi, total kasus positif (Covid-19) di Bartim berjumlah 6 orang," kata Ketua Gugus Penanganan Percepatan Covid-19 Barito Timur Ampera AY Mebas melalui Kepala Dinas Kesehatan Simon Biring, Senin (27/4).
RPO yang sebelumnya dirawat sebagai PDP, sempat menjalani isolasi mandiri selama dua pekan setelah perjalanan dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Namun, karena kondisi kesehatannya kian memburuk, dia lalu dirujuk ke RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Warga asal Desa Bambulung, Kecamatan Pematang Karau, Bartim tersebut sehari-hari bekerja sebagai pegawai harian lepas (PHL) tenaga administrasi kesehatan di ruang loket Pukesmas Bambulung.
Simon menuturkan, sebagai tindak lanjut dari positifnya RPO, petugas melakukan rapid test terhadap pegawai Pukesmas Bambulung, staf, PHL, serta keluarganya yang diduga sempat melakukan kontak erat dengan RPO. Totalnya sebanyak 53 orang. Hasilnya, salah satu di antaranya reaktif Covid-19.
”Dari hasil rapid test, kakak almarhumah reaktif Covid-19, sehingga kami langsung isolasi di RS Tamiang Layang,” ujarnya seraya meluruskan informasi, bahwa RPO bukan perawat, melainkan PHL tenaga administrasi kesehatan di ruang loket Pukesmas Bambulung.
Meninggalnya RPO karena penyakit bawaan yang dideritanya, yakni jantung dan obesitas. Virus korona baru memperparah kondisi kesehatannya, sehingga dia tak mampu bertahan. Virus korona sejauh ini sangat berbahaya bagi penderita penyakit bawaan dan orang lanjut usia dengan imun lemah.
Selain RPO, seorang PDP lainnya asal Bartim meninggal dunia Minggu (26/4) lalu, sekitar pukul 20.45 WIB. Simon menjelaskan, pasien tersebut bukan rujukan dari RSUD Tamiang Layang. Dia menduga yang bersangkutan sedang berada di Palangka Raya, namun mengalami gejala Covid-19, sehingga memeriksakan diri secara mandiri ke rumah sakit, lalu dinyatakan sebagai PDP.
”Kami masih lakukan pelacakan perjalanannya dengan meminta keterangan pihak keluarga, serta melakukan langkah-langkah sesuai prosedur," pungkasnya.
Meninggalnya pegawai Puskesmas Bambulung itu jadi sinyal peringatan bagi pihak terkait mengenai pemenuhan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan. Meski disinyalir tertular Covid-19 berdasarkan riwayat perjalanan ke Banjarmasin, APD sesuai standar penting bagi tenaga medis untuk meminimalisasi penularan virus, terutama di zona merah, mengingat warga yang datang ke puskesmas berobat dengan beragam penyakit.
Minimnya ketersediaan APD bisa berakibat fatal apabila tak segera dipenuhi bagi daerah yang ditetapkan sebagai zona merah. Erni Zuraida, perawat Poli Umum di Puskesmas Baamang II sebelumnya mengatakan, ketersediaan APD masih sangat terbatas. Pihaknya terpaksa harus meminimalisir penggunaan APD.
Diuji di Kalsel
Sementara itu, pemeriksaan swab bagi pasien Covid-19 yang sebelumnya dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, terpaksa dialihkan ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pengalihan tempat uji swab tersebut imbas dari adanya penghentian transportasi udara oleh seluruh maskapai di Bandara Iskandar Pangkalan Bun.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat Achmad Rois mengatakan, dengan tidak beroperasinya penerbangan ke Surabaya, pemeriksaan swab dialihkan ke Banjarbaru. Pengiriman swab ke Banjarbaru ada dua opsi, yaitu menggunakan armada darat sendiri atau pihak ketiga untuk mengantarkan sampel swab tersebut.
”Kami sudah dua hari ini mencari transportasi reguler yang biasa melayani perjalanan ke Kalimantan Selatan, tetapi tidak berhasil," ujarnya.
Kecepatan pemeriksaan di Banjarbaru tergantung daftar antrean. Dia berharap, pemeriksaan lebih cepat karena hanya melayani dua provinsi. Pemkab Kobar juga telah melakukan koordinasi dengan BBTKLPP Banjarbaru.
”Hasil koordinasi, BBTKLPP Banjarbaru siap memeriksa sampel yang nantinya akan dikirim oleh RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Saat ini kita persiapkan sarana dan prasarana untuk kelancaran pengiriman," pungkasnya.
Abaikan Imbauan
Di Kabupaten Kotawaringin Timur, surat edaran imbauan bersama dalam rangka ibadah Ramadan 1441 Hijriah yang dikeluarkan pemerintah masih diabaikan sebagian warga. Masih banyak yang melaksanakan salat Tarawih di masjid. Warga diharapkan mematuhi imbauan ibadah di rumah untuk memutus mata rantai penularan virus Covid-19.
”Saat ini masih banyak yang melaksanakan salat Tarawih berjamaah di masjid. Untuk itu, tidak ada sanksi, namun tetap saja masyarakat diimbau melaksanakan di rumah saja demi keamanan bersama,” ujarnya, Senin (27/4).
Dalam surat edaran itu ada 18 poin imbauan pemerintah, di antaranya salat tarawih dilakukan bersama keluarga di rumah dan salat Jumat diganti salat Dzuhur di rumah masing-masing. Kemudian, salat Tarawih keliling, pawai takbiran, dan pesantren kilat ditiadakan, kecuali melalui media elektronik. Selanjutnya, meniadakan buka puasa bersama dan sahur on the road; tidak melakukan tadarus Alquran bersama-sama, dan itikaf di masjid/musala; dan sejumlah imbauan lainnya.
Samsudin menuturkan, hingga kini pihaknya tidak bisa memastikan apakah ada tindakan dari sejumlah masjid dan musala yang tetap menggelar Tarawih berjamaah. (apr/tyo/yit/dia/ign)