PANGKALAN BANTENG – Harga karet di Pangkalan Banteng kian terjun bebas. Tiap kilogram getah beku berbau khas itu hanya dihargai anatar Rp 4.700 – Rp 5.700 tergantung kualitasnya.
Hal itu diungkapkan Antonius, petani karet di kawasan eks transpir ini mengatakan bahwa harga karet makin murah menjelang pandemic Covid-19. “Hal itu telah berlangsung sejak awal April lalu, sebelumnya sempat tembus Rp 7.000 per kilogram,” ungkapnya.
Kenyataan itu juga dialami Vinie, warga Sungai Hijau, Kecamatan Pangkalan Banteng ini mengungkapkan bahwa para petani karet saat ini tengah terhimpit beban ekonomi yang kian berat. “Saat covid melanda, harga karet justru makin murah,” katanya.
Pengakuan yang sama diungkapkan Parlan, warga Desa Marga Mulya ini mengaku bahwa selain harga murah, saat ini hasil getah karet juga menurun drastic. “Pohon karet mulai masa semi, sehingga getah berkurang drastic. Di sisi lain harga juga kian murah,” katanya.
Menurutnya hal ini berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya saat getah karet menyusut, harga di pasaran biasanya makin meningkat. Namun hal ini justru sebaliknya. “Biasanya saat musim semi karet ini harganya mahal karena pasokan sedikit,” katanya.
Sementara itu salah seorang pengepul getah karet di Pangkalan Banteng, Edi Priyono mengatakan bahwa harga karet di pasaran memang mengalami kejatuhan. Menurutnya permintaan getah karet menurun akibat adanya pandemic Covid-19. “Sepertinya semua terimbas korona ini. Karena harga setorannya memag sedang turun. Kami pengepul hanya mengambil keuntungan maksimal 8 persen. Tapi dengan kondisi saat ini margin keuntungan juga berkurang,” katanya. (sla)