SAMPIT— Peningkatan kasus Covid-19 serta kecepatan angka kematian di Kotawaringin Timur (Kotim) belakangan ini, membuat pembelajaran bagi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kembali dilakukan secara daring atau online.
"Atas berbagai pertimbangan yakni peningkatan kasus Covid-19, pihak sekolah kembali menutup pembelajaran tatap muka, mereka kembali melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ)," sebut Juru Bicara (Jubir) Satgas Covid-19 Kotim Multazam.
Sebelumnya, melalui kebijakan Bupati Kotim Supian Hadi SMP dan sudah diizinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, namun pelaksanaannya tetap melihat kondisi yang terjadi di kabupaten ini, di mana jika tidak memungkinkan bahkan berisiko terjadi penyebaran maka pembelajaran dilakukan secara online.
"Semua orang berisiko, misalnya bukan hanya karena gurunya yang terpapar tetapi ketika orang tua murid terpapar maka anaknya yang sekolah bisa menularkan, sebab pola penularannya bukan hanya guru saja, tapi klaster keluarga," kata Multazam.
Sebelumnya, 27 sekolah telah mendapatkan rekomendasi dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh Tim Satgas, meski dari 27 sekolah sudah mendapatkan rekomendasi, namun tidak semuanya melakukan pembelajaran tatap muka, hanya beberapa sekolah yang sudah sempat melakukan pembelajaran tatap muka.
Kepala Bidang Pembina SMP Dinas Pendidikan Kotim Irfansyah mengatakan, sejumlah sekolah baik yang di pusat kota maupun di luar sampit telah melaporkan pada Disdik Kotim, untuk menutup pembelajaran tatap muka dan kembali melakukan pembelajaran tatap muka.
"Laporan yang masuk ke Disdik SMPN 1, 2, 3, 4, 5, 6 Sampit, SMP PGRI 1 Sampit, SMPN 5 Kobes Kecamatan Talawang, SMPN 1 Mentaya Hilir Selatan, termasuk SMP swasta Al Madaniyah dan SMPN 8 Sampit melaporkan melaksanakan PJJ," sebutnya.
Terpisah, Kepala SMP Negeri 1 Sampit Maspa S Puluhulawa menyampaikan, pihaknya berinisiatif kembali melaksanakan pembelajaran secara online, karena pertimbangan kasus penyebaran Covid-19 yang kian meningkat setiap harinya, sehingga terlalu berisiko bagi peserta didik untuk melakukan pembelajaran tatap muka, meskipun menurutnya penerapan protokol kesehatan di sekolah sudah ketat dilakukan, namun yang tidak dapat dihindari adalah saat pulang sekolah.
"Penerapan protokol kesehatan di sekolah ketat dilakukan, tetapi saat peserta didik pulang sekolah, menunggu jemputan itu bergerombol dan sulit dikendalikan," tandasnya.
Di mana akhirnya pihaknya memutuskan untuk kembali melaksanakan pembelajaran secara online, di samping itu karena memang Kotim saat ini berstatus zona merah yang berisiko tinggi terhadap penularan Covid-19. (yn/dc)