SAMPIT – Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mencatat sebanyak 53 warga Kotim positif terinfeksi virus human immunodeficiency virus (HIV). Bahkan, sebagian orang yang terinfekak sudah dalam kondisi serius berkembang terinfeksi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
”Sebanyak 53 kasus warga Kotim yang terinfeksi HIV/AIDS terhitung sejak Januari sampai Oktober," kata Asikin Arpan, Sekretaris KPAD Kotim.
Meski angka kasus pada tahun 2020 mengalami penurunan, penyakit ini sangat berbahaya dan dapat menular hingga merusak generasi penerus bangsa. Sebagai informasi, data kasus HIV tahun 2019 sebanyak 77 kasus. Dengan rincian, laki-laki 45 dan perempuan 32 orang. Pada usia produktif 15 – 49, terdapat 66 kasus atau 85,71 persen.
Menurut Asikin, ada beberapa faktor penyebab terjadinya penularan HIV/AIDS, di antaranya melalui alat suntik yang tidak steril, transfusi darah, transplantasi organ tubuh, dan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh penderita, seperti cairan sperma, vagina, serta air susu ibu (ASI).
Di antara faktor tersebut, faktor utama paling fatal yang kerap diabaikan masyarakat adalah melakukan hubungan seks berisiko dengan bergonta-ganti pasangan. ”Inilah pentinya menjaga pola perilaku hidup sehat. Dijaga imannya, hindari berhubungan dengan ganti pasangan. Ingat serta cintai anak istri di rumah," ucapnya.
Dari data yang terjadi di Kotim, Asikin menambahkan, penularan kerap terjadi pada usia produktif dari 15-49 tahun.
”Usia emas dari remaja sekitar 15-49 tahun yang paling banyak terinfeksi. Tetapi, yang usia tua dan balita juga ada. Penularan pada balita dapat ditularkan ibunya, sehingga setiap ibu yang menderita HIV/AIDS kecil kemungkinan anaknya tidak tertular. Kebanyakan kasus pada balita, faktor penularannya menurun dari ibunya," paparnya.
Lebih lanjut Asikin menjelaskan, HIV merupakan virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
Perlu diketahui, CD4 (Cluster of Differentiation 4) atau klaster diferensiasi merupakan protokol yang digunakan untuk mengidentifikasi molekul yang terdapat pada permukaan sel, khususnya sel darah putih pada manusia. Jika infeksi HIV tidak segera ditangani, virus akan berkembang menjadi kondisi yang lebih serius yang disebut AIDS.
”Seseorang yang terinfeksi terinfeksi HIV pada usia 1 tahun masuk stadium 1, apabila gejala baru diketahui setelah 10 tahun, itu masuk stadium 2. Apabila muncul gejala yang parah sudah sampai pada stadium 3 dan paling parah kalau sudah stadium 4 itu sudah dinamakan AIDS," katanya.
Pada stadium akhir infeksi HIV menjadi AIDS, umumnya, kecil kemungkinan seseorang dapat bertahan hidup. Pasalnya, pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
”Kalau angka CD4 udah mencapai 350 ke bawah itu sudah sangat rentan kondisinya, sehingga penanganan harus dilakukan intesif mulai awal diketahui terinfeksi HIV wajib mengonsumsi obat khusus penguat daya imun yang dikonsumsi seumur hidup di waktu yang sama setiap harinya," ujarnya.
Sejak virus merebak sekitar tahun 1983, organisasi kesehatan dunia bahkan termasuk pemerintah belum dapat menemukan obat untuk menyembuhkan HIV dan AIDS. ”Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Tetapi, pemerintah memberikan obat gratis untuk memperlambat perkembangan penyakit yang dapat meningkatkan harapan hidup penderita," tandasnya. (hgn/ign)