PANGKALAN BUN - Pseudobufo Subasper (Bangkong Banyu) merupakan spesies katak aquatik terbesar di dunia. Katak yang hidup di rawa-rawa hutan tropis dan subtropis ini keberadaannya hampir punah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).
Dalam rangka melestarikan dan menghindarkannya dari kepunahan, dua mahasiswa jurusan Biology False Swamp Toad diinformasikan akan datang ke Indonesia.
Warga Kecamatan Kumai, Diaz yang juga merupakan anggota komunitas pecinta reptil ini menerangkan bahwa katak aquatik ini merupakan katak terbesar di dunia yang hanya ditemukan di rawa gambut seperti daerah Sumatera dan Kalimantan. “Untuk memastikan masa depan hewan amfibi itu yang terancam punah itu maka dua mahasiswa asal Spanyol dan Swiss akan datang untuk melakukan penelitian,” ujarnya, (16/3).
Ia menegaskan bahwa katak tersebut terancam punah akibat terpapar pencemaran akibat aktivitas pertambangan di Kabupaten Kotawaringin Barat. Selian itu perburuan yang serampangan untuk digunakan sebagai obat tradisional, karena katak ini diyakini mampu meningkatkan gairah seksual.
Ia juga menyebut bahwa belum ada penelitian khusus terhadap amfibi tersebut, sehingga belum diketahui berapa jumlah pasti yang masih ada di hutan Kotawaringin Barat, namun katak aquatik sudah jarang ditemui. “Dua mahasiswa ini akan mempelajari habitat katak raksasa di rawa-rawa dan juga melakukan analisis genetic. Untuk mengetahui cara terbaik yang dapat dilakukan untuk melindungi spesies tersebut dari kepunahan,” ungkapnya.
Ia berharap katak yang sepanjang hidupnya tinggal di rawa-rawa gambut ini akan diteliti baik dari jenis makanan utamanya serta dari sisi alamiahnya. Dengan penelitian yang dilakukan maka akan diketahui genetikanya sehingga diketahui cara terbaik dalam menyelamatkan katak Bangkong Banyu.
“Juga edukasi kepada masyarakat terkait mitos-mitos bahwa katak ini mampu meningkatkan gairah seksual perlu dilakukan penelitian mendalam, sehingga dapat dicari cara agar katak ini dapat tetap lestari di Bumi Marunting Batu Aji,” pungkasnya (tyo/sla)