Tak mudah mendatangi lokasi banjir yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kotim. Lokasi yang jauh jadi tantangan tersendiri. Hal itulah yang dirasakan rombongan Wakil Bupati Kotim Irawati yang harus menempuh perjalanan hampir 12 jam melalui sungai.
YUNI PRATIWI, Sampit
Menggunakan speedboat milik Polairud Polres Kotim, rombongan Irawati meninjau satu per satu lokasi banjir yang ada di wilayah Kecamatan Mentaya Hulu. Ada sekitar delapan desa yang dikunjungi dengan membawa bantuan paket bahan pokok dari Pemprov Kalteng yang diserahkan secara simbolis kepada warga terdampak banjir.
Perjalanan ke Kecamatan Mentaya Hulu dimulai dari rumah jabatan Wakil Bupati Kotim Irawati sekitar pukul 12.00 WIB. Rombongan yang berangkat dikawal Dinas Perhubungan Kotim dan Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Telaga Antang Oktav Pahlevi.
Ada delapan mobil yang ikut bersama Irawati ke lokasi. Satu rangkaian rombongan terdiri dari Wakil Bupati Kotim Irawati, Ketua DPRD Kotim Rinie, Kasat Pol PP Simson Kaharap, Damkar Kotim, dan Direktur SKH Radar Sampit Siti Fauziah.
Di sekitar Jembatan Bajarum, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kotim Rusmiati bergabung dalam rombongan. Begitu juga dengan Kepala Kesbangpol Kotim yang bertemu dengan rombongan di Kecamatan Parenggean.
Rombongan tiba di Kecamatan Parenggean sekitar pukul 14.30 WIB untuk istirahat sekaligus makan siang di warung makan. Pemilik wilayah, Camat Parenggean Siyono, menghampiri rombongan.
Saat akan melanjutkan perjalanan, hujan tiba-tiba turun. Namun, hanya beberapa menit. Iring-iringan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Mentaya Hulu melewati perkebunan kelapa sawit.
Irawati bertolak ke Mentaya Hulu, karena pada Selasa (7/9) itu, Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Sugianto Sabran juga meninjau lokasi banjir dengan membawa bantuan. Namun, Irawati tidak sempat bertemu, karena Sugianto sudah dalam perjalanan kembali ke Sampit.
Menuju Kecamatan Mentaya Hulu memang tidak semulus perjalanan di aspal ibu kota kabupaten. Meski demikian, candaan yang sesekali terdengar dari masing-masing rombongan melalui walkie talkie, cukup menghibur menikmati perjalanan panjang. Apalagi itu kali pertama penulis menginjakkan kaki di Kecamatan Mentaya Hulu.
Di dalam perkebunan sawit, kubangan air akibat hujan membuat rombongan harus memperlambat kecepatan mobil. Ada sekitar dua kubangan yang cukup dalam dan lebar.
Sebelum tiba di Kantor Kecamatan Mentaya Hulu, rombongan harus melintasi jalan yang tertutup air dengan arus yang cukup kencang. Ban mobil dobel kabin sampai tak terlihat saking tingginya air. Apabila mobil kecil yang melintas, kemungkinan besar yang terlihat hanya atapnya.
Masyarakat yang membawa kendaraan roda dua tak bisa melintas. Kendaraan mereka dibawa naik ke atas mobil bak terbuka untuk bisa sampai ke sisi lain dengan dataran yang lebih tinggi. Warga setempat berjaga untuk memberikan peringatan kepada warga agar berhati-hati saat melintas.
Rombongan tiba di kecamatan sekitar pukul 17.00 WIB, karena sudah hampir senja. Tidak ada kegiatan yang dilakukan. Irawati menyempatkan diri memantau posko darurat banjir yang didirikan di halaman kantor kecamatan.
Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju mes perusahaan yang berjarak kurang lebih 1 jam perjalanan dari kantor kecamatan dan menginap satu malam. Di mes tersebut, rombongan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim tiba lebih dulu.
Di sela istirahat setelah menempuh perjalanan jauh, Irawati bersama Ketua DPRD Kotim Rinie mengecek kesehatan. Mereka bahkan sempat melakukan akupuntur, yang diikuti sejumlah pejabat lainnya.
Suasana malam itu penuh kehangatan. Canda tawa tercipta hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB. Irawati pun beranjak ke kamarnya, istirahat untuk memulihkan energi, karena keesokan harinya rombongan bergerak meninjau lokasi banjir.
Usai menyantap sarapan nasi goreng sosis lengkap dengan telur mata sapi dan bakwan, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kantor Kecamatan Mentaya Hulu. Meninjau lokasi banjir di Kelurahan Kuala Kuayan yang posisinya persis di depan kantor kecamatan, namun berada di dataran yang lebih rendah.
Menggunakan perahu, Irawati dan rombongan menyusuri perkampungan warga, melihat air yang masuk merendam rumah. Meski banjir, ada saja warga yang tetap membuka warungnya. ”Tetap berjualan ya bu,” tanya Rinie yang dijawab dengan anggukan oleh warga yang tengah menjaga warung itu.
Rombongan mendatangi rumah tokoh masyarakat setempat H Yuri. Kediamannya tak luput dari banjir. Penghuni rumah tetap bertahan dengan tidur di lantai dua rumah tersebut.
Meski dilanda banjir cukup parah, warga setempat tidak ada yang mengungsi. Kalaupun mengungsi, tujuannya ke rumah keluarga yang datarannya lebih tinggi. Ada masyarakat yang tetap bertahan karena rumahnya sudah ditinggikan atau berlantai dua.
Banjir yang melanda kawasan tersebut hampir setiap tahun, membuat mereka seolah-olah telah terbiasa dengan kondisi itu.
Pantauan Radar Sampit meski masih dilanda banjir, ada pula warga yang mulai membersihkan rumahnya, seperti menyikat dinding dan lantai rumah. Menurut warga setempat, banjir perlahan sudah mulai surut.
Nisa, warga setempat menuturkan, banjir yang merendam rumah mereka sekitar 20 hari itu, sedikit berbeda dibandingkan bencana sebelumnya. Nisa harus mengungsi ke rumah saudaranya karena rumah terendam banjir sebahu orang dewasa.
”Waktu itu sudah sempat surut, terus naik lagi airnya. Kalau dulu surut, tak naik lagi,” kata Nisa yang juga bertugas di kantor kecamatan setempat.
Saat ditemui, bajunya sudah basah sebatas dada. Menurutnya, hal itu sudah biasa. ”Nanti juga kering. Kalau pegawai kecamatan biasanya mereka pakai baju bebas dulu, sampai kecamatan baru ganti seragam,” jelasnya.
Ivon, warga lainnya mengatakan, banjir di rumahnya memang sudah sedikit surut, namun belum bisa ditempati. Banjir di kawasan pasar Kelurahan Kuala Kuayan itu tingginya ada yang sepinggang orang dewasa, bahkan lebih. Seperti air yang merendam rumah Nisa yang datarannya lebih rendah.
Usai menyusuri lokasi banjir, rombongan kembali ke kantor kecamatan untuk menyiapkan paket yang akan disalurkan kepada warga terdampak banjir. Ada delapan desa yang dikunjungi, yakni Desa Tanjung Jariangau, Bawan, Pemantang, Tangkarobah, Pahirangan, Penda Durian, Kawan Batu, dan Baampah.
Pukul 10.30 WIB rombongan melanjutkan perjalanan lewat jalur air. Menaiki speedboat milik Polairud Polres Kotim didampingi Kasat Polairud Polres Kotim AKP Herbet. Pihak BPBD ikut serta untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat.
Rombongan didampingi Plt Camat Mentaya Hulu Asyari tiba di Desa Tangkarobah sekitar Pukul 11.28 WIB. Di desa itu, Irawati menyerahkan beberapa bantuan kepada warga yang terdampak banjir sambil berbincang mendengarkan suara hati masyarakat di tengah musibah yang menimpa mereka hampir tiga minggu belakangan ini.
Perjalanan menggunakan speedboat dilanjutkan lagi ke Desa Bawan. Rombongan hampir kesulitan menepikan kapal, karena desa tersebut hampir sepenuhnya tertutup banjir.
Bahkan, penulis pun tidak ikut turun karena aksesnya yang cukup sulit, menggunakan perahu kecil yang tidak dapat memuat orang banyak. Irawati bahkan sampai masuk rumah warga menggunakan perahu untuk melihat kondisi warganya yang sakit.
Dari Desa Bawan, rombongan kembali ke Kelurahan Kuala Kuayan untuk mengantarkan camat setempat. Di sana, camat telah menyiapkan bekal makan siang lalapan untuk rombongan di kapal.
Perjalanan dilanjutkan ke Desa Pemantang. Rombongan telah ditunggu Kepala Desa Edi Indra beserta istri dan ibu-ibu PKK desa setempat.
Irawati sempat bertemu warga yang membawa gerobak, menjajakan sayurannya di tengah banjir. Bantuan bahan pokok pun diserahkan Irawati kepada wanita paruh baya tersebut.
Edi berterima kasih atas perhatian yang telah diberikan Pemprov Kalteng dan Pemkab Kotim yang telah berkunjung melihat langsung kondisi banjir.
Edi mengungkapkan, selama banjir, warga desa belum mendapatkan bantuan dari perusahaan lingkungan sekitar. Dia berharap perusahaan yang beroperasi peduli dengan musibah banjir yang menimpa masyarakat.
Sebelum melanjutkan perjalanan, pihak desa juga membawakan bekal makanan untuk rombongan. Waktu yang semakin sore membuat Irawati dan rombongan tidak bisa berlama-lama berada di tengah masyarakat.
Desa yang dikunjungi selanjutnya Tangkarobah, di Dusun Rantau Umit. Selesai melakukan kunjungan dan menyerahkan bantuan secara simbolis, sekitar pukul 14.22 perjalanan dilanjutkan ke Desa Pahirangan, Penda Durian, Kawan Batu, dan berakhir di Desa Baampah.
Waktu yang semakin senja, pukul 17.22 WIB membuat rombongan tidak dapat melanjutkan ke desa yang berlokasi di Kotabesi. Sebab, perkiraan sampai di sana sudah malam, sehingga perjalanan langsung menuju ke Sampit.
Perlu waktu sekitar tujuh jam untuk mengunjungi desa-desa tersebut. Rombongan tiba di Sampit pukul 22.05 WIB. Perjalanan dari desa terakhir sampai tiba di Sampit memakan waktu kurang lebih lima jam lamanya. Total perjalanan kurang lebih 12 jam yang banyak dihabiskan di atas kapal.
Kapal bahkan dua kali berhenti untuk mengisi bahan bakar. Pengisian terakhir dilakukan di tengah Sungai Mentaya, tak jauh dari Darmaga Habaring Hurung, karena dari kejauhan lampu-lampu di sekitar darmaga sudah terlihat.
”Alhamdulillah, kami sudah meninjau langsung beberapa desa yang terdampak banjir sekaligus menyerahkan bantuan dari provinsi secara simbolis,” kata Irawati.
Irawati mengaku ingin berada di tengah warga dengan waktu lebih lama. Namun, karena waktu yang sudah semakin senja, pihaknya harus bergerak cepat agar banyak desa yang didatangi.
Kunjungannya bersama rombongan, kata Irawati, selain untuk menyerahkan bantuan, juga memberikan dukungan kepada warga yang sedang tertimpa bencana. Bantuan dari provinsi selanjutnya akan disalurkan kecamatan melalui kepala desa masing-masing.
”Nanti desa yang akan meneruskan membagikan paket sembako kepada warga yang terdampak banjir,” tandasnya. (***/ign)
”Sekitar 41 KK terdampak banjir di Desa Pemantang,” kata Edi.