Sejumlah warga Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang, kesulitan menikmati air bersih. Musababnya, pasokan air PDAM tidak lancar, macet, dan keruh. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa harus keliling dan mengeluarkan biaya lebih untuk membeli air. Rewi, warga Perumahan Kencana Permai, Jalan Tjilik Riwut, Sampit, mengatakan, bermasalahnya pasokan air PDAM di wilayahnya terjadi sejak beberapa bulan terakhir.
”Sekitar Februari air PDAM di tempat saya tidak lancar. Mengalirnya cuma saat tengah malam. Waktu subuh pun kadang air sudah macet dan setiap hari seperti itu,” kata Rewi, Jumat (28/4) lalu. Rewi dan warga setempat telah melaporkan hal tersebut ke PDAM. Akan tetapi, mereka diminta menunggu untuk ditindaklanjuti. ”Terakhir saya lapor lagi kemarin (Kamis) dan hari ini (Jumat). Disuruh menunggu lagi. Tetangga saya juga sudah pernah lapor, tapi sama saja tidak segera ditindaklanjuti,” ujarnya. Informasi yang diterima Rewi dari PDAM, macetnya air PDAM di wilayah Kelurahan Baamang Hulu pernah terjadi karena terjadi gangguan pada jaringan pipa. Namun, hal itu disebutkan telah normal.
”Nyatanya, daerah tempat saya air yang mengalir masih macet dan tidak lancar,” ungkap Rewi. Rewi menyadari tempatnya tinggal berada di ujung dan jauh dari saluran pipa induk PDAM. Warga perumahan tersebut juga mengeluhkan hal yang sama, pasokan air tak lancar. ”Walaupun lokasi kami jauh dari saluran pipa PDAM, masa kami hanya bisa menikmati air PDAM di jam-jam ketika orang tertidur lelap saja? Harusnya kan ada solusinya dari PDAM. Bagaimana agar kami sebagai pelanggan bisa menikmati air PDAM lancar. Jangan hanya disuruh menunggu tanpa kepastian,” ucap pelanggan PDAM yang sudah berlangganan sejak lima tahun terakhir ini.
Rewi mengungkapkan, ada beberapa blok alias jalur di Perumahan Kencana yang mengalami hal serupa. ”Yang saya ketahui ada 15 rumah yang berlangganan air PDAM macet. Padahal dulu ini yang memasang jaringan saluran pipanya petugas PDAM. Kalau ditotal di perumahan kami ada 5 blok dengan jumlah 90 unit rumah, tapi memang belum semua berpenghuni,” ujarnya.
Terakhir kali Rewi menikmati air PDAM pukul 22.00 WIB malam. ”Malam sempat hidup, tapi air yang mengalir keruh, tidak bisa dipakai mandi. Subuhnya, air mulai tidak lancar dan saat jam enam pagi saya cek kran sudah tidak mengalir sama sekali,” kata Rewi, Sabtu (29/4). Distribusi air yang tak lancar, membuat sebagian warga di Perumahan Kencana sampai membeli air. ”Mereka yang punya profil lebih memilih beli dan sebagian ada yang pakai sumur bor untuk menyiasati. Ada juga yang saat PDAM hidup disedot pakai pompa,” ujarnya.
”Selama puasa malah makin parah. Hidup (mengalir) cuma dari jam 11 malam sampai 03.30 WIB. Waktu sahur belum selesai pun sudah tidak ngalir lagi airnya,” tambahnya lagi. Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mentaya Sampit Firdaus Herman Ranggan saat dikonfirmasi mengatakan, pemasangan jaringan air PDAM di Perumahan Kencana tidak dilakukan menyeluruh.
”Dari perencanaan awalnya sudah salah. Dulu itu kemungkinan hanya ada sepuluh orang saja yang pasang air PDAM secara swadaya. Tetapi, karena perumahan semakin berkembang dan penduduknya juga semakin bertambah, otomatis pasokan air berpengaruh terbagi ke beberapa pelanggan lain. Satu jalur pipa dipakai banyak orang. Kalau dulu cukup. Sekarang penduduknya semakin banyak, sehingga distribusi air terpencar,” ujar Firdaus. Dalam sepekan terakhir, pihaknya sudah dua kali memeriksa jaringan pipa di sekitar Perumahan Kencana. Dari permasalahan yang ada, pihaknya akan mengupayakan dua solusi, yaitu menyuntikkan air dari arah pipa lain atau memperluas jaringan baru. ”Selama seminggu ini saya bersama petugas keliling mengecek jaringan pipa yang mengalami kemacetan. Petugas sudah menurunkan dua pompa besar untuk membantu proses distribusi air ke pelanggan. Solusi pertama khusus di Perumahan Kencana akan dicoba menyuntikkan air dari saluran pipa lain, tapi dicek dulu apakah itu akan menghambat aliran air ke pelanggan lain atau tidak. Apabila masih macet, solusi kedua dilakukan perluasan jaringan baru,” ujarnya.
”Kalau dari arah Bukit Permai dan Bangkirai itu lancar. Kalau masih tidak lancar, berarti lokasi rumahnya berada jauh dari pipa induk, sehingga distribusi air ke pelanggan tidak lancar,” tambahnya. Saat Ramadan hingga Lebaran, lanjut Firdaus, konsumsi air memang meningkat, sehingga, rumah yang berada jauh dari pipa induk tidak menerima distribusi air dengan lancar karena sama-sama menggunakan air di waktu yang sama.
”Itulah risikonya pemasangan air PDAM di wilayah perumahan yang ditangani swadaya. Mereka hanya menghitung berapa banyak yang ingin memakai dan berlangganan air PDAM saat itu, tapi tidak memikirkan perumahan akan terus berkembang, sehingga kebutuhan air juga meningkat. Semakin lama pipa yang dipasang juga tidak memenuhi syarat,” katanya. Firdaus menegaskan, hal tersebut menjadi pembelajaran bagi developer atau pengembang perumahan untuk berkoordinasi dan memperhitungkan berapa unit rumah yang akan dibangun.
”Semestinya developer sudah menghitung berapa unit rumah yang dibangun. Tidak hanya berbicara pada tahun ini, tetapi pada rencana yang akan datang dan itu harusnya menjadi tanggung jawab developer dan bisa dimasukkan ke dalam biaya rumah, bukan lewat swadaya masyarakat,” ujarnya. Apabila melalui swadaya, tambahnya, hanya untuk satu sampai lima tahun ke depan, sementara jumlah rumah dan penduduknya semakin bertambah, yang berpotensi menimbulkan masalah ke depannya. ”Kami harapkan developer bisa berkoordinasi dan memperhitungkan rencana pembangunan rumah, sehingga masyarakat dan seluruh pelanggan PDAM menerima distribusi air lancar tanpa kendala,” katanya. Firdaus menambahkan, khusus pemasangan saluran jaringan baru yang rumahnya jauh dari pipa induk sangat tidak disarankan menggunakan pipa berdiameter kecil. ”Perumahan Kencana itu pipanya diameternya kemungkinan hanya 2 inchi, seharusnya berukuran 3-4 inchi. Kecuali rumahnya tinggal dekat pipa induk, pasang yang 2 inchi tidak jadi masalah di kemudian hari,” jelasnya. (hgn/ign)