PANGKALAN BUN - Kasus petugas kebersihan terlindas truk sampah sudah dua kali terjadi di Pangkalan Bun. Pasukan kuning dianggap kurang memperhatikan keselamatan dalam bekerja.
Pantauan di lapangan, petugas kebersihan pengangkut sampah terlihat masih bergelantungan di samping dan belakang truk pengangkut sampah. Kadang mereka juga duduk di atas bak truk yang sudah penuh sampah.
Kabid Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan DPU Kobar Rawandi mengaku tidak mengetahui secara pasti mengenai kronologis kecelakaan yang menimpa Sagu (50). Ia belum bisa memastikan apakah kecelakaan tersebut akibat kelalaian korban atau sopir truk. Saat ini sopir beserta truk masih diamankan di kantor Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Kobar.
"Jadi kalau mengatakan itu menyalahi aturan K3 apapun bentuknya terhadap kesalahan, saya tidak bisa mengatakan itu, karena saya sendiri tidak melihat kejadiannya," ketus Rawandi, Senin (30/5).
Petugas kebersihan pengangkut sampah sendiri hanya menggunakan apa yang disediakan dinas untuk beroprasi di lapangan. Pihaknya berdalih tidak bisa mengawasi para petugas kebersihan seluruhnya dalam melakukan pekerjaannya.
"Yang pasti kita tidak berharap seperti itu, tapi tentunya setiap pekerjakan kita tidak bisa mengawasi 100 persen," katanya.
Pihaknya akan memberikan arahan kembali kepada para petugas terkait K3, agar para petugas kebersihan bekerja tanpa membahayakan nyawanya sendiri. Hal ini akan disesuaikan dengan prosedur keselamatan para petugas kebersihan pengangkut sampah.
"Ya tidak perlulah sampai seperti itu menbahayakan diri sendiri, kita akan memberikan arahan untuk kesadaran keselamatn mereka dalam bekerja," tuturnya.
Selain itu pihaknya juga telah memberikan santunan kepada keluarga korban. Santunan dari BPJS juga sudah diurus. "Proses polisi sesuai dengan apa yang sudah dilakukan polisi, jadi kita ikuti permasalahan itu," imbuhnya.
Sementara itu Koordinator Kebersihan Bidang Kebersihan dan Pertamanan DPU Kobar Waseyo menuding kebiasaan masyarakat yang membuang sampah tidak pada titik yang ditentukan menyulitkan petugas kebersihan untuk memungut sampah. Hal ini menjadi kendala karena jarak tempat sampah yang sudah ditentukan dengan jarak sampah yang tidak pada titiknya sangat tidak relevan. Akhirnya petugas memilih bergelantungan pada badan truk untuk memudahkan naik dan turun mengangkut sampah.
"Harusnya sampah dibuang di satu titik, tidak di setiap kampung bahkan seperti di jalur Pangeran Antasari, antara satu tempat dengan tempat lainnya berdekatan, tentu saja tidak efisien kalau petugas naik turun," jelas Waseyo.
Menurut Waseyo, ada alternatif dalam sarana mobilisasi pengangkutan sampah. Yakni dengan menambahkan satu armada pick up. Dengan adanya armada tambahan tersebut dapat meminimalisir risiko kecelakan petugas di lapangan.
"Solusinya bisa juga dengan menyediakan depot transfer pada satu titik. Namun harus ada Perda untuk mengatur RT wajib mengelola depot transfer di wilayahnya masing-masing," tuturnya. (jok/yit)