SAMPIT – Percepatan penurunan angka stunting di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) diharapkan dapat berjalan dengan baik dengan komitmen dan sinergitas bersama antara satuan organisasi perangkat daerah (SOPD) terkait sesuai tugas pokok dan fungsinya.
"Harapan saya, dengan kolaborasi dan sinergitas bersama, penanganan stunting bisa lebih maksimal dan penurunan angka stunting bisa lebih cepat. Harapan ke depannya, tidak ada lagi anak-anak kita yang berstatus stunting," kata Bupati Kotim Halikinnor, pekan lalu.
Penanganan stunting berdasarkan tugas dan pokok SOPD terkait telah berjalan sesuai program di masing-masing SOPD. Bahkan, berkat sinergitas, Kotim berhasil menduduki peringkat pertama pada penilaian kinerja 8 aksi konvergensi penurunan stunting untuk lokus di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
Halikinnor menambahkan, karena sinergitas dan keaktifan yang maksimal, termasuk anggaran, Kotim bisa meraih penghargaan di tingkat nasional. Namun, upaya untuk terus menekan angka penurunan stunting tetap dilakukan melalui program yang telah berjalan di masing-masing SOPD terkait.
Sejak 2019 sampai sekarang, Kotim telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu kabupaten lokus penanganan stunting. Sejak saat itu pula penanganan stunting menjadi salah satu prioritas daerah di Kotim.
”Salah satu dari upaya pencegahan dan penurunan stunting yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kotim adalah melalui gerakan berantas stunting, yaitu gerakan berkunjung ke lokasi anak yang stunting dengan memberikan secara langsung susu dan telur serta mengawal pelaksanaan pemberian ini setiap hari selama minimal tiga bulan ke depan dan diberikan kepada anak balita stunting sesuai kategori umurnya," kata Halikinnor.
Dalam program gerebek stunting, pemerintah menyediakan 95.000 kotak susu UHT dan 195.000 butir telur yang akan dibagikan untuk kebutuhan selama 3 bulan kepada 2.163 balita stunting yang tersebar di 17 kecamatan dan 21 puskesmas se-Kotim. Puncak gerakan berantas stunting se-Kotim secara simbolis dilepas dan dilaksanakan oleh Kotim Halikinnor pada 13 Desember 2023 lalu.
Semua pihak terkait, mulai dari amat, pihak puskesmas hingga Kepala SOPD terlibat dalam pelaksanaan program tersebut. Pihaknya mengunjungi rumah tangga sasaran stunting yang sudah ditentukan dengan membagikan susu dan telur yang banyaknya disesuaikan dengan umur balita.
”Upaya penurunan angka stunting di Kotim masih harus ditingkatkan agar target penurunan stunting yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebesar 14 persen pada 2024 dapat tercapai," harapnya.
Berdasarkan data dari survei status gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka prevalensi stunting di Kotim pada tahun 2022 sebesar 27,9 persen. Menurun 4,6 persen dari tahun 2021 yang sebesar 32,5 persen. Sedangkan mengacu data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM) dari Dinas Kesehatan Kotim, data prevalensi stunting pada tahun 2022 sebesar 22,6 persen.
”Secara keseluruhan semua kecamatan dimaksimalkan penanganannya, agar yang tidak ada stunting jangan sampai ada, yang ada stunting agar kasusnya membaik, sehingga ke depannya tidak ada lagi kasus stunting," katanya. (yn/ign)