PANGKALAN BUN – Kecelakaan laut menimpa Kapal Nusantara Dolpin Satu. Kapal pengangkut pupuk karam itu dihantam gelombang besar di perairan Tanjung Puting, Sabtu (18/6) malam. Akibatnya, satu orang tewas dan dua orang hilang. Sebelas anak buah kapal (ABK) lainnya selamat.
Setelah kapal tenggelam, belasan ABK langsung menyelamatkan diri dengan peralatan seadanya. Selama berjam-jam mereka berpegangan tangan agar tidak terbawa ombak.
Kapten Kapal, Jago Santoso Eko (26) yang selamat dari kecelakaan itu menuturkan, kejadian tersebut berlangsung singkat. Pada Sabtu (18/6) malam lalu, kondisi cuaca sangat buruk. Gelombang tinggi disertai badai mengiringi perjalanan mereka.
”Kami dari Gresik aman-aman saja. Pas masuk perairan Kobar, tiba-tiba gelombang besar. Langsung mau menghindar karena gelombang tinggi," kata Jago sambil meringis kesakitan saat dirawat di Rumah Sakit Rakyat (RSR) Kumai, Minggu (19/6).
Keadaan kian parah ketika kapal dihantam ombak dari samping kiri yang membuat posisi kapal langsung miring ke kanan. Tidak sampai 10 menit, kapal langsung karam. ”Cepet banget, nggak sampai 10 menitan, kapal miring langsung tenggelam. Saya langsung instruksikan ABK untuk melompat ke laut," ujarnya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Ketika kapal miring, lanjutnya, ABK sudah siap melompat ke laut menggunakan pelampung. Hanya saja, ada ABK yang tak menggunakan pelampung, diduga karena situasi panik. ”Saya kurang tahu. Semua panik dan yang dapat pelampung langsung nyebur masing-masing," ujarnya.
Menurut Jago, mereka melompat ke laut ketika gelombang masih tinggi, sehingga sempat tergulung ombak. Bahkan, ada yang dihantam badan kapal, sehingga banyak yang luka-luka.
”Kita digulung ombak dan pasrah saja. Saat di laut berusaha cari temen-temen dan setiap ketemu kita langsung berpegangan tangan agar tidak lepas lagi," katanya sambil meneteskan air mata.
Saat diombang-ambing gelombang di tengah laut, menurut Jago, tidak ada peralatan lain selain pelampung. ”Saya tidak tahu satu per satu teman saya. Yang penting pegangan tangan dan pokoknya campur aduk, antara mati dan hidup," ujarnya.
Di tengah kondisi seperti itu, Jago selalu berdoa dan ingin memperbaiki apa yang telah dilakukan. ”Jika masih diberi umur, saya akan perbaiki hidup saya. Itu janji saya sama Allah," tuturnya sambil berlinang air mata. (rin/ign)