SAMPIT – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memiliki potensi besar dalam usaha ayam petelur. Tingginya permintaan telur di daerah ini membuka peluang bisnis yang menjanjikan bagi masyarakat.
Namun, hingga kini, produksi lokal masih belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga pasokan masih bergantung pada daerah lain, seperti Kalimantan Selatan dan Pulau Jawa.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur Alang Arianto, mengajak masyarakat untuk melihat potensi besar ini sebagai peluang usaha yang menguntungkan.
”Kebutuhan telur di daerah kita sangat tinggi. Ini peluang besar bagi masyarakat untuk berusaha," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kotim tahun 2024, produksi telur di daerah ini masih terbatas. Produksi telur ayam petelur hanya mencapai 1.128.960 butir, sementara telur ayam buras, itik, dan burung puyuh masing-masing berjumlah 244.934 butir, 185.639 butir, dan 1.512 butir.
Angka ini jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 448 ribu penduduk Kotim, yang merupakan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan Tengah.
Selain itu, produksi daging unggas di Kotim juga masih rendah. Pada tahun 2024, hanya ada 283.293 kilogram daging ayam buras dan 41.605 kilogram daging itik. Kondisi ini semakin memperjelas ketergantungan daerah terhadap pasokan luar.
Alang menjelaskan bahwa dibandingkan usaha ayam pedaging, beternak ayam petelur lebih menguntungkan karena produknya tidak cepat rusak.
”Jika ayam potong telat dipanen, biaya pakan terus berjalan tanpa ada pertambahan bobot. Sedangkan telur bisa disimpan lebih lama tanpa mengalami kerugian besar," jelasnya.
Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi peternak, yaitu tingginya harga pakan. Biaya produksi yang tinggi menyebabkan harga jual telur dan ayam di pasaran ikut naik, sehingga keuntungan peternak menjadi terbatas.
Pemerintah daerah berharap pembangunan pabrik pakan ternak di Kecamatan Parenggean oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dapat segera rampung. Jika pabrik ini beroperasi, harga pakan diharapkan lebih terjangkau, sehingga dapat meningkatkan daya saing peternak lokal.
Selain itu, Alang juga mendorong perusahaan besar untuk berperan dalam pengembangan usaha ayam petelur melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
”Kami berharap perusahaan bisa membantu masyarakat desa sekitar untuk memulai usaha ini. Dengan begitu, kita bisa mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah," tambahnya.
Dengan tingginya permintaan dan potensi yang besar, usaha ayam petelur di Kotim bisa menjadi ladang bisnis yang menguntungkan. Dukungan pemerintah dan peran serta masyarakat menjadi kunci dalam memanfaatkan peluang ini demi ketahanan pangan dan kesejahteraan ekonomi lokal. (yn/ign)