SAMPIT – Agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pariwisata (Disbudpar), Festival Budaya Habaring Hurung, dipastikan tidak digelar tahun ini.
Kepala Disbudpar Kotim Bima Ekawardhana menyebut, keputusan itu diambil karena adanya kebijakan efisiensi anggaran pemerintah.
”Karena ada efisiensi anggaran, sementara Festival Budaya Habaring Hurung ditiadakan. Agenda lainnya tetap kami upayakan agar bisa terlaksana dengan menyesuaikan kondisi keuangan yang ada,” kata Bima.
Festival yang biasanya menampilkan ragam kesenian, permainan tradisional, hingga kuliner khas daerah ini selama bertahun-tahun menjadi ruang ekspresi budaya sekaligus seleksi peserta Kotim untuk Festival Budaya Isen Mulang tingkat provinsi.
Beberapa di antaranya seperti sepak sawut, malamang, manetek kayu, manyipet, dayung tradisional, besei kambe, lawang sakepeng hingga balogo, kini absen dari kalender budaya Kotim tahun ini.
Meski begitu, Bima memastikan Kotim tetap mengirimkan perwakilan untuk ajang Festival Budaya Isen Mulang yang dijadwalkan Mei mendatang di Palangka Raya.
”Kita tetap kirim perwakilan, kita tunjuk dari pemenang tahun lalu. Tapi, tidak semua cabang lomba bisa kita ikuti karena keterbatasan anggaran,” ujarnya.
Ditiadakannya Festival Budaya Habaring Hurung bukan sekadar kehilangan sebuah tontonan rakyat. Ajang ini selama ini berfungsi sebagai sarana pengenalan seni dan tradisi daerah kepada generasi muda, sekaligus penegasan identitas budaya Kotim.
”Ini bagian dari upaya kita melestarikan budaya daerah. Kita berharap tahun depan bisa digelar lagi,” ucap Bima.
Sebagai alternatif, Disbudpar mendorong sekolah-sekolah agar aktif mengajak siswa mengunjungi Museum Kayu Sampit, yang menyimpan aneka koleksi benda seni dan budaya masyarakat Kotim.
”Dengan kunjungan ke museum, edukasi wisata sekaligus budaya tetap bisa berjalan meski festival ditiadakan,” katanya. (yn/ign)