SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) masih menghadapi tantangan dalam proses rekrutmen peserta didik jenjang sekolah dasar (SD) untuk Sekolah Rakyat Rintisan. Hingga Rabu (16/7), baru 13 anak yang mendaftar, jauh di bawah target minimal 25 siswa per rombongan belajar (rombel).
Wakil Bupati Kotim Irawati mengatakan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada orang tua agar tidak ragu menyekolahkan anak mereka di Sekolah Rakyat.
“Masalahnya bukan anak yang tidak mau sekolah, tapi kebanyakan orang tua yang menolak. Ada anggapan bahwa Sekolah Rakyat hanya untuk masyarakat miskin atau anak-anak yang tidak diinginkan. Ini yang perlu diluruskan,” ujar Irawati.
Menurutnya, Sekolah Rakyat justru menawarkan fasilitas yang lengkap dan ditanggung penuh oleh pemerintah, termasuk kebutuhan makan, tempat tinggal, dan pendidikan. Namun, karena belum mulai beroperasi, sebagian masyarakat belum benar-benar memahami manfaatnya.
Untuk jenjang SMA, jumlah peserta didik yang terdata sudah melebihi dari kuota, yakni 56 anak. Tapi karena ada kebijakan baru dari Kementerian Sosial, maka kuota SD harus dipenuhi lebih dulu.
Saat ini, Kementerian Sosial masih melakukan proses penempatan guru, termasuk tenaga wali asuh untuk siswa SD. Wali asuh ini berperan seperti pengasuh yang bertugas mendampingi anak-anak selama menjalani pendidikan di Sekolah Rakyat.
“Kami berharap wali asuh ini bisa berasal dari daerah kita sendiri, karena mereka lebih memahami karakter dan budaya anak-anak Kotim,” ungkap Irawati.
Terkait jadwal pembelajaran, Irawati menerangkan bahwa dari komunikasi dengan pihak Kemensos menegaskan tetap dimulai tahun ini. Namun waktu pelaksanaan akan menyesuaikan kesiapan daerah, termasuk perbaikan gedung sekolah perintis yang direncanakan di kawasan Islamic Center Kotim.
Pemkab Kotim telah mengumpulkan data anak-anak yang masuk dalam kategori sasaran, dengan batas akhir pengumpulan semula ditetapkan pada 11 Juli. Namun, Kemensos memberikan perpanjangan hingga Kamis (17/7) untuk pemenuhan kuota SD.
“Saat ini kami diberi kesempatan untuk terus memproses pendaftaran. Kita diminta memenuhi minimal 25 siswa untuk satu rombel SD. Kami optimistis bisa mencapainya, tentu dengan komunikasi yang intensif kepada orang tua,” tegas Irawati.
Ia menambahkan, upaya pendekatan kembali akan dilakukan di sejumlah kecamatan, termasuk menemui langsung keluarga calon peserta, terutama anak-anak yatim piatu dan dari keluarga kurang mampu. (yn/yit)