SAMPIT – Dunia Pendidikan di Kotawaringin Timur (Kotim) terus berbenah. Kali ini, bukan sekadar pelatihan atau workshop yang menjadi sorotan, melainkan cara pandang baru dalam mengajar. Dimana siswa bukan lagi objek, melainkan subjek pembelajaran.
Kepala Dinas Pendidikan Kotim Muhammad Irfansyah melalui Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Kotim Edi Sucipto mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis deep learning yang tengah didorong pemerintah daerah menuntut guru untuk keluar dari zona nyaman.
”Bukan hanya mengajar, tapi membangun pemahaman, implementasi, dan refleksi bersama siswa,” ujarnya.
Lebih dari 50 guru dari empat kecamatan, yakni Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Seranau, dan Kotabesi, kini tengah mengadopsi pendekatan tersebut dalam kelompok kerja guru (KKG). Namun bagi Edi, jumlah peserta bukan hal utama.
”Intinya bukan seberapa banyak yang ikut pelatihan, tapi seberapa dalam perubahan pola pikir mereka. Guru harus menggeser peran dari pusat informasi menjadi fasilitator yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa,” tegasnya.
Edi menambahkan bahwa setiap pertemuan guru di KKG bukan hanya ajang berbagi materi, melainkan ruang reflektif.
”Kita evaluasi apa yang sudah direncanakan, yang berhasil dilakukan, dan apa yang belum tercapai. Dari situ, kita tahu di mana harus memperbaiki,” jelasnya.
Dalam pandangannya, pendidikan hari ini menuntut kolaborasi aktif, tak hanya antarguru, tapi juga antara guru dan murid.
“Jika dulu siswa hanya mendengar, sekarang mereka dituntut berpikir kritis, bertanya, dan bahkan menilai proses belajarnya sendiri,” ujarnya.
Edi berharap gerakan ini bukan berhenti di pelatihan, tapi menjadi gerakan nyata di ruang-ruang kelas. “Inilah wajah baru pendidikan kita. Dan semua guru punya peran penting membentuknya,” tutupnya. (yn/yit)