SAMPIT – Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih mengancam warga di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Sebanyak 12 warga menderita penyakit yang ditularkan nyamuk aedes agypty tersebut. Sebagian besar di antaranya harus menjalani perawatan medis di RSUD dr Murjani Sampit.
Salah seorang penderitanya masih balita, yakni Fatimah (1,8), warga Jalan DI Panjaitan, Kelurahan MB Hilir. Dia harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Sabran (26), orangtua Fatimah mengatakan, anak pertamanya itu sudah satu minggu dirawat di rumah sakit.
”Anak saya terserang DBD. Minta rumah di-fogging agar nyamuk hilang. Masih dirawat di RSUD dr Murjani Sampit. Sudah seminggu ini, sudah agak mendingan. Trombosit saat ini 35 dari 14, sudah mulai naik,” katanya, Jumat (5/8).
Bagian Pengendalian Penyakit Menular dan Wabah Dinas Kesehatan Kotim Robby Indra Wahyudi menjelaskan, berdasarkan data, terjadi peningkatan penderita DBD. Pihaknya juga telah melakukan fogging ke sejumlah permukiman warga.
”Sementara ini yang sudah kita kerjakan (fogging) di Desa Pundu dengan penderita DBD ada lima orang dan saat ini sedang dirawat di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya,” kata Robby.
---------- SPLIT TEXT ----------
Selanjutnya, Robby menambahkan, di Desa Sumber Makmur, Bagendang, dua orang penderita; di Ketapang, Jalan Anang Santawi, DI Panjaitan, dan Desa Natai Baru Baamang kompleks Perumahan Bromo juga dua penderita.
Menurutnya, warga seharusnya tidak bergantung pada fogging saja. Sebab, hal itu bukan langkah pencegahan, hanya pengendalian. ”Laporan terbaru di Jalan Rambai 4, Jenderal Sudirman kilometer 4, Perumahan Pembina, dan Samuda, di Jalan Jaya Karet. Penyemprotan sudah kita lakukan secara bertahap, tadi pagi di beberapa titik di Kecamatan Ketapang dan sekarang di Jalan DI Panjaitan. Sedangkan besok (hari ini) ke Kelurahan Baamang Hulu. Sebab, laporannya ada dua penderita,” ujarnya.
Robby menjelaskan, penyakit DBD menyerang warga disebabkan beberapa faktor, di antaranya pola hidup yang mengabaikan kebersihan lingkungan sekitar. ”Kebersihan air, sekitar rumah penduduk yang kumuh, banyaknya penampungan air yang digunakan nyamuk untuk bersarang, dan cuaca pancaroba menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap penularan penyakit DBD. Mudahan jangan sampai KLB (kasus luar biasa),” katanya.
Kasus DBD, lanjutnya, setiap tahun selalu ada. Meski tidak ada korban meninggal dunia, tahun ini DBD patut menjadi perhatian serius. Sebab, jumlah penderita terus bertambah. (mir/ign)