PANGKALAN BUN - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seleksi Konservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun langsung bergerak cepat setelah munculnya buaya di Sungai Arut. Petugas memasang perangkap besi dan umpan.
Kepala BKSDA SKW II Pangkalan Bun Agung Widodo mengatakan, pihaknya sudah turun ke lapangan dan melihat langsung buaya di sungai pada Selasa (18/10) malam. "Memang betul ada buaya, bahkan berkali-kali timbul," ujar Agung, Rabu (19/10).
Agung menerangkan, buaya yang menghebohkan masyarakat Pangkalan Bun ini adalah jenis buaya muara yang ganas. Pihaknya sedang membuat perangkap buaya yang terbuat dari besi. Buaya akan dipancing dengan pakan. Ketika buaya masuk perangkap, otomatis perangkap akan menutup dengan sendirinya.
"Tenaganya luar biasa kalau di dalam air, untuk itu kita berupaya membuat perangkap, ditembak bius pun tidak akan bisa tembus karena kulitnya tebal. Kalau di darat gampang saja nangkapnya, pakai tali dijerat di moncongnya," ungkap Agung.
Dia menduga buaya muncul di permukiman karena habitat sudah rusak sehingga pakan alami berkurang. Bisa juga buaya muncul karena musim kawin.
"Yang berani muncul itu biasanya yang dominan di antara kelompoknya, atau juga karena sakit dan berusaha mencari makan yang gampang," jelasnya.
BKSDA juga memasang spanduk imbauan agar masyarakat mengurangi aktivitas berenang, menyelam, dan mandi di sungai.
Dia menjelaskan, masyarakat perlu memahami pergerakan buaya. Predator tersebut terlihat aktif pada pagi, sore, dan malam hari. Saat terik matahari biasanya perdator tersebut lebih banyak beristirahat di daratan. Sebaliknya, pada malam hari lebih agresif mencari mangsa.
"Semoga tidak ada korban. Dulu pernah ada yang dimangsa," tuturnya.
Secara terpisah, Kasatpolair Polres Kobar AKP Wawan Ariananda memerintahkan anggotanya berpatroli di Sungai Arut sekaligus mengimbau kepada warga bantaran sungai untuk mengurangi aktivitas di sungai. Pihaknya juga meminta bantuan pawang buaya untuk menjauhkan buaya tersebut dari pemukiman penduduk. "Yang penting buaya tersebut bisa hidup jauh dari perkampungan," harap Wawan. (jok/yit)