SAMPIT – Pembangunan jalan di Desa Bapinang Hulu, Kecamatan Pulau Hanaut terancam gagal. Musababnya, baru saja dibuat, jalan itu dirusak oknum tak dikenal. Selain itu, kepala desa juga diancam dan merasa dipersulit dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Peristiwa pengrusakan fasilitas milik negara dari dana desa itu terjadi pada 1 Agustus lalu. Dua orang yang tak dikenal mengaku dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kotim.
Mereka berbaju preman, dengan membawa Handy Talky (HT), alat komunikasi layaknya seorang aparat. Di hadapan warga, mereka merusak jalan dari semen yang baru dibuat tiga hari sebelumnya dengan cara menumbuk semen tersebut hingga berlubang.
”Saat kejadian itu saya kebetulan tidak ada di tempat. Warga yang melaporkan dan mereka yang melihat siapa pelakunya. Dua orang itu bukan warga desa dan saya juga sudah cek di dinas (PUPR), (oknum itu) bukan dari pemerintahan,” ujar Kades Bapinang Sugianur, Rabu (16/8).
Pembangunan Gang Ramban sepanjang 125 meter, lanjutnya, sudah selesai dilakukan. Namun, seharusnya kini sudah diaspal malah tertunda. Dua oknum yang belum diketahui identitasnya itu kerap menyampaikan ancaman melalui aparatur desa.
”Dua orang itu bukan warga sini dan niat (pelaku) kelihatannya mengarah ke sana (pemerasan) dan yang mengancam itu juga tidak tahu yang mana orangnya, seperti apa mukanya, tidak pernah ketemu. Saya mau sampaikan, kalau pembangunan jalan itu memang kehendak warga,” tegasnya.
Sugianur menjelaskan, pengusakan itu membuat pihaknya terganggu. Sebab, pekerjaan mereka terancam akan dirusak kembali. Dia berharap kalau ada kesalahan atau semacamnya, agar disampaikan dan secapatnya akan diperbaiki.
”Seakan-akan kami bekerja ilegal. Terasa tertekan, seolah-olah kami ini seperti apa saja. Sebenarnya jauh dari niat hati, kalau ada yang harus dikonfirmasi datangi saja kami. Apa yang harus kami jelaskan kalau tujuannya merusak. Kami tak terima,” tegasnya.
Dia sempat berusaha mencari tahu pelakunya dan menghubungi melalui telepon seluler. Di sisi lain, beberapa lubang yang dibuat dari dua orang tersebut kini sudah ditutupi kembali dengan semen.
”Saya berharap kejadian ini jangan sampai terulang lagi. Kalau ada saran maupun kritikan, saya siap menerima, tetapi jangan dengan cara merusak. Saya siap terbuka dan menerima siapa saja yang datang untuk bertanya,” ujar Sugianur.
Menurutnya, kejadian tersebut belum dibawa ke ranah hukum atas pengrusakan fasilitas negara dan pengancaman terhadap dirinya. Dia berharao hal tersebut tak lagi terulang. Pihaknya akan terus melanjutkan pembangunan di desa tersebut.
Terpisah, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarkaat dan Pemerintahan Desa (BPMPDes) Kotim Redy Setiawan meminta semua kades se-Kotim agar tidak tinggal diam apabila ada kejadian serupa. Pembangunan di desa jangan sampai terhambat.
”Kalau ada masalah segera diselesaikan. Pembangunan di desa itu sangat ditunggu warga, jangan ditunda-tunda. Diharapkan secepatnya dilaporkan agar bisa mencari solusi dari setiap masalah yang ada,” tandas Redy. (mir/ign)