Tingginya harga tandan buah sawit membuat aksi pencurian sawit meningkat. Tidak hanya milik perusahaan, namun juga kebun sawit pribadi pun digasak kelompok pencuri sawit tersebut. Garong sawit ini beraksi siang dan malam. Salah satu pekerja kebun sawit pribadi di Cempaga mengakui kerap sawit milik majikannya kerap digondol maling. Dalam kondisi normal, sekali panen biasanya 21 ton. Karena sawit banyak dicuri, hasil panen hanya menyisakan 8 ton. “Itu karena dicuri, dulu ketika harga sawit Rp 1000 per kilogram, tidak ada maling. Saat itu sekali panen bisa 21 ton,”kata Alang.
Menurutnya, pencurian dilakukan malam maupun siang. Dengan kebun seluas 20 hektare, dirinya tidak bisa mengawasi semuanya. ”Kami jaga setiap saat. Tapi di momen ami ketiduran, mereka beraksi,” katanya. Kasus pencurian mulai meningkat ketika harga sawit Rp 2500 per kilogram. Di saat harga menyentuh Rp 3.000 per kilogram, aksi pencurian semakin menggila. Bahkan buah yang masih mentahpun digasak. ”Paling parahnya lagi buah yang sudah kami panen dan siap angkut di samping rumah, ada yang mencurinya. Bayangkan dia bisa bawa 6 tandan dengan berat total 1 kuintal sudah dapat Rp 300 ribu,” katanya. Di tingkat petani saat ini, harga tandan buah sawit Rp 3000 hingga Rp 3100 per kilogram. Sedangkan untuk harga sawit di pabrik, sudah di atas Rp3.500 per kilogram.
Senada juga dialami Aries, pemilik perkebunan di daerah Kecamatan Telawang. Aksi pencurian secara brutal terjadi di areal kebun. “Ini terjadi sejak kenaikan harga yang cukup menggiurkan sehingga mereka sekali panen dapat dua sampai tiga kuintal saja sudah mengantongi hampir Rp 1 juta,” kata Aries. Saat ini para petani sawit harus mengeluarkan biaya operasional lebih besar untuk menjaga kebun itu. Namun keterbatasan personel selalu dimanfaatkan pencuri. Pencuri kerap memanfaatkan kelengahan para penjaga. “Tidak bisa jalan darat, mereka pakai jalan sungai. Makanya pusing juga menghadapi pencuri itu,” katanya. (ang)