SAMPIT – Selama kemarau, intensitas kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) meningkat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim mencatat, sejak 1-22 Agustus, terjadi 18 kali kebakaran dengan total luasan sekitar 134,8 hektare. Dua kebakaran terjadi di kawasan permukiman.
”Kalau melihat luasan tersebut dan dibandingkan dengan waktu terjadinya, tingkat kebakaran memang sudah termasuk tinggi. Untungnya semuanya berhasil dipadamkan hingga tuntas,” kata Muhammad Yusuf, Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Selasa (22/8).
Yusuf menuturkan, dari 17 kecamatan di Kotim, kebakaran paling banyak melanda kawasan selatan hingga tengah Kotim, yakni Kecamatan Teluk Sampit, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kotabesi, dan Telawang.
Untuk wilayah utara, mulai dari Cempaga Hulu hingga utara Kotim, potensi kebakaran cukup rendah karena curah hujan masih cukup tinggi.
”Biasanya memasuki September intensitas hujan di Kotim akan mulai meningkat secara merata. Tapi, kami juga tidak bisa memastikan pada waktu itu tingkat kebakaran akan menurun. Karena itu, kami tetap akan membuka posko siaga kebakaran lahan, hutan, dan kebun (karlahutbun) hingga pertengahan September, yakni sekitar 20 September,” ujarnya.
Berdasarkan prediksi BMKG, lanjutnya, pada September atau paling lambat Oktober, Kotim akan memasuki musim hujan. Itu ditandai dengan meningkatnya curah hujan. Hal ini biasanya diikuti dengan menurunnya potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Kendati demikian, pihaknya tetap akan mengambil tindakan antisipasi dengan tetap melakukan siaga. Apalagi menurut peta cuaca BMKG, wilayah Kotim bagian selatan hingga tengah masih berada dalam warna merah, yang menandakan bahwa wilayah tersebut berada dalam kondisi sangat rawan kebakaran.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pemadam dan Penyelamatan (DPKP) Kotim Rihel mengatakan, kebakaran terparah terjadi di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Puluhan hektare di beberapa desa hangus dilalap si jago merah. Meski berhasil dipadamkan, perlu beberapa hari untuk menjinakkan api, yakni sekitar satu minggu.
”Status siaga memang dilakukan selama 48 hari. Ada waktu 29 hari lagi hingga dapat menilai dan memperkirakan bagaimana langkah ke depannya bersama BPBD dan instansi terkait,” ungkap Rihel.
Rihel melanjutkan, penyumbang luasan kebakaran terbesar di Desa Handil Sohor dan Basirih yang mencapai 60 hektare lahan. Termasuk puluhan hektare di kawasan Samuda Kota di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan tersebut.
”Kalau dalam kota terparah hanya mencapai setengah hektare saja, karena mudah ditangani. Unit mobil pemadam juga bisa dikerahkan dengan cepat. Jadi, tidak ada alasan juga untuk kami. Besok (hari ini, Red) akan dilakukan pembahasan di posko di Museum Kayu Sampit,” tandasnya. (vit/mir/ign)