SAMPIT-  Kepala PT Solusi Balad Lumampah (SBL) Cabang Sampit Febryandra Rusiawan akan tetap mengupayakan pemberangkatan jemaah. Dia juga membantah adanya anggapan bahwa kantor  di Sampit tak beroperasi setelah PT SBL pusat di Jawa Barat  bermasalah .

 ”Tidak benar, kami tetap buka setiap harinya pukul 08.00 sampai 16.30. Sangat berisiko apabila dalam kondisi seperti ini kami tutup,” ucap Febry di kantor PT SBL, Jalan Ki Hajar Dewantara Sampit, Minggu (4/2).

Pihaknya sudah menghadiri pertemuan dengan pengurus PT SBL pusat beserta lima perwakilan calon jemaah dari Kotim. Dalam pertemuan itu, belum ada kepastian keberangkatan ulang. Hanya saja, pemilik PT SBL H Aom Juang Wibowo berjanji bertanggung jawab terhadap pemberangkatan jemaah umrah, termasuk jemaah asal Kotim.

”Terakhir ada informasi H Aom (pemilik PT SBL) saat di wawancara oleh media nasional bahwa mulai tanggal 20 Februari ada pemberangkatan. Dijelaskan ada rencana pemberangkatan, artinya SBL punya itikad baik. Saat ini, kami fokus agar jemaah kami tetap berangkat. Kecuali vonis hukum terhadap H Aom jatuh,” katanya, kepada Radar Sampit.

Andai tak ada permasalahan di PT SBL pusat, jemaah Kotim diperkirakan berangkat sekitar 4 Februari lalu. Namun pada 30 Januari 2018 pemilik PT SBL dinyatakan sebagai tersangka dugaan kasus penipuan jemaah umrah sehingga aktivitas SBL terhambat.

Pemilik PT SBL telah menyatakan siap bertanggung jawab atas pemberangkatan jemaah. Salah satu upayanya dengan jaminan aset yang dimiliki . Apabila telah menjalani persidangan di pengadilan, nantinya sejumlah aset itu akan dikembalikan kepada para korban.

Dari sebanyak 95 jamaah yang terdata, 57 orang di antaranya kini telah mengajukan pengembalian uang kembali (refund). Hanya saja proses refund ini memiliki sejumlah prosedur yang telah ditentukan di awal sehingga jemaah tak dapat langsung menerima uangnya kembali.

 ”Semua calon jemaah rata-rata mengajukan formulir (refund). Saat ini, proses dari manajemen pusat  kami belum  tahu. Yang jelas kami sudah mengamankan sejumlah paspor jmaah, karena memang ada yang berencana berangkat secara mandiri,” katanya.

Saat ini kantor PT SBL pusat masih diamankan polisi sehingga seluruh kegiatan administrasi belum berjalan seperti biasanya. Upaya hukum dengan menangguhkan agar pemilik PT SBL tak ditahan juga juga dilakukan, agar PT SBL dapat beroperasi.

Kendati belum ada kepastian soal keberangkatan, Febry berupaya menguatkan jemaah agar tetap berdoa agar masalah ini cepat selesai. Pihaknya pun mengaku akan tetap mengupayakan keberangkatan dengan terus memantau perkembangan dari PT SBL pusat.

 Diberitakan sebelumnya, sebanyak 95 orang calon jemaah umrah asal Kotawaringin Timur terancam gagal berangkat ke Tanah Suci. Mereka merupakan korban perusahaan travel umrah PT Solusi Balad Lumampah (SBL) diduga tersangkut kasus penipuan.

Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Kotim Rabiatul Adawiyah membenarkan adanya korban PT SBL di Kotim. Kendati demikian, dia membantah bila disebut jamaah gagal berangkat. Sebab, saat itu pihak agen PT SBL di Sampit masih melakukan mediasi dengan pengurus PT SBL di Jawa Barat.  PT SBL pun untuk sementara waktu dilarang menerima jamaah baru.

Jamaah umrah asal Kotim harusnya berangkat tanggal 26 Desember 2017 lalu. Namun, beberapa kali mengalami penjadwalan ulang. Penjadwalan terakhir paling lambat pada 29 Januari 2018, namun tetap tidak berangkat juga, sehingga nasib jamaah semakin tidak pasti.(oes/yit)