SAMPIT – Setelah melakukan pengukuran menggunakan global potition system (GPS), terungkap lahan milik Desa Pondok Damar, Kecamatan Mentaya Hilir Utara (MHU),  masuk dalam kawasan perkebunan PT MS.  Pengukuran titik tanah itu melibatkan Kepala Desa Pondok Damar, Plt Camat Mentaya Hilir Utara, Polsek Sungai Sampit, manajemen PT MS, tokoh masyarakat dan adat.

Perwakilan masyarakat Desa Pondok Damar Suharjo mengatakan, tanah aset desa ini tidak pernah dijual belikan kepada pihak manapun, termasuk perusahaan perkebunan. Kalaupun ada, itu hanya oknum desa.

“Kami berharap kembalikan aset milik desa agar kami bisa membangun Desa Pondok Damar dengan baik,” ujarnya di hadapan manajemen PT MS pada saat di lapangan, Rabu (21/2).

Berbeda disampaikan Kades Pondok Damar Dimas. Dia menegaskan tidak akan menjamin portal yang dipasang oleh warga desa akan secepatnya dibongkar, apabila tuntutan warga tidak dipenuhi secara arif dan bijaksana oleh perusahaan.

“Perusahaan harus memenuhi keinginan warga desa, apabila tidak saya tidak akan menjamin portal itu akan segera dibongkar,” ucapnya.

Di samping itu, permasalahan tidak hanya sebatas tanah aset desa bahkan mengenai tugu kesepakatan yang dipasang warga desa sejak 2012 lalu juga tidak ditepati oleh perusahaan.

“Tugu kesepakatan itu artinya, perusahaan tidak boleh menanam sawit di perbatasan tugu yang telah dibuat. Buktinya, mereka tetap melanggar kesepakatan,” ucap Yadi Berty.

Plt Camat MHU Ady Candra J. MD Atuk mendorong perusahaan segera menindaklanjuti hasil pengukuran tanah aset desa supaya tidak muncul permasalahan baru. “Jangan diperlambat lagi permasalahan ini, segera diselesaikan secepatnya,” tegas pria berlatar pendidikan hukum ini.

Perwakilan manajemen PT MS Adi Ayub kembali menegaskan bahwa permasalahan ini tetap akan dibahas lagi ke manajemen yang lebih tinggi. “Hasil cek lapangan ini akan kami bawa ke atasan untuk dibicarakan lebih lanjut,” janjinya. (fin/yit)