SAMPIT – Kasus demam berdarah di Kabupaten Kotawaringin Timur kembali menelan korban nyawa. Kali ini korbannya berasal di kawasan Perumahan Sawit Raya, Jalan Jenderal Sudirman, Sampit.  

Korban berinisial D mengalami demam sejak Minggu (26/2). Bocah sembilan tahun itu sempat dirawat di puskesmas selama beberapa hari. Namun, saat suhu tubuhnya menurun, korban dibawa pulang ke rumah.  

“DBD itu harus terus dipantau setiap hari. Paling tidak selama lima hari harus rutin cek darah. Jangan terlena meski suhu turun,” kata Triyono, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kotim.

Korban mengalami syok pada Sabtu (3/3) dan mengharuskannya dirawat di rumah sakit. Namun, korban yang telah memasuki dengue shock syndrome (DDS) itu tidak tertolong setelah 30 menit berada di Rumah Sakit dr Murjani.  

Tingkatan DSS adalah tingkat terparah seseorang terdiagnosa DBD. Karena korban DSS mengalami kebocoran plasma dan risiko kematian cukup tinggi.

Tim dari dinkes masih melakukan penyelidikan persebaran nyamuk DBD yang menjangkiti D. Nyamuk bisa berasal dari mana saja. Seperti lingkungan rumah, sekolah, tempat les, dan tempat bermain.

"Masih kami lakukan penyelidikan epidemiologi. Karena belum tentu berasal dari rumah atau sekolah. Biar nanti tepat sasaran," kata Triyono Senin (5/3).

Terpisah, PJ UKM Puskesmas Baamang 1 Andriansyah mengingatkan kepada masyarakat agar selalu waspada dengan penyakit demam. Awal mula penyakit DBD juga berasal dari demam.  

"Seharusnya kalau ada anggota keluarga yang demam langsung periksakan ke puskesmas. Periksa darah sekalian agar lebih jelas penyakitnya. Periksa darah juga gratis kok di sini," saran Andriansyah.

Selain itu, pihak puskesmas juga kerap melakukan penyuluhan program 3M untuk mengingatkan akan bahaya penyakit DBD. Pencegahan dengan 3M harus lebih diutamakan daripada menunggu penanggulangan seperti fogging. (rm-88/yit)